Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013 menurut Prof. Mulyasa



Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif kreatif, inovatif dan berkarakter. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Selain itu kurikulum 2013 ini diharapkan mampu menyiapkan insane yang siap bersaing di era asia dan era kompetisi dunia. Karena biar bagaimanapun sumberdaya manusia Indonesia ditentukan oleh kualitas pendidikanya.
Dalam pengimplementasianya kurikulum 2013 ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yang saling berpengaruh nsatu dengan yang lainya. Maka sebenarnya kesuksesan implementasi ini harus didukung oleh semua pihak tak terkecuali sekolah sebagai eksekutor utama. Mulyasa dalam bukunya pengembangan dan implementasi kurikulum 2013 menyebutkan ada delapan kunci sukses 2013 yaitu : kepemimpinan kepalasekolah, kreatifitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi kurikulum 2013, fasilitas dan sumberbelajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah. Berikut ini akan dijabarkan secara lengkap tujuh kunci sukses kurikulum 2013.
1.      Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 karena kepala sekolah memiliki tugas utamanya dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Kurikulum 2013 nmenuntut kepala sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan, mental, moral, fisik, dan artisitik.
a.       Pembinaan mental: yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap, batin, dan watak.
b.      Pembinaan moral: yaitu pembinaan terhadap para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan sikap dan kewajiban yang sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan,
c.       Pembinaan fisik: yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan jasmani atau badan.
d.      Pembinaan artistic: yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.

2.      Kreativitas Guru
Kunci implementasi kurikulum 2013 yang ke dua adalah kreativitas guru, karena guru merupakan factor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Guru diperlukan agar menjadi fasilitator dan mitra belajar peserta didik, tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik tapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar (facilitate learning)  .
7 sikap yang harus dimiliki guru sebagai fasilitator seperti yang diidentifikasikan Rogers (dalam Mulyasa, 2002) adalah sebaga berikut:
1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinan atau kurang terbuka.
2.      Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaanya.
3.      Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan sulit sekalipun.
4.      Lebih meningkatkan perhatianya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran.
5.      Dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif mau negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif diri dan perilakunya.
6.      Toleransi terhadap kesaalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7.      Menghargai prestasi peserta didik, meskipun mereka sudah tahu prestasi yang dicapai.
Selain sebagai fasilitator guru juga harus memperhatikan perbedaan individual peserta didik guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.      Menggunakan metode yang bervariasi
2.      Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik
3.      Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuanya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran.
4.      Memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran.
5.      Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.
6.      Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan.
7.      Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama
8.      Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuan masing-masing pada setiap pelajaran.
9.      Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

3.      Aktivitas Peserta Didik
Kunci sekses ketiga yang menentukan keberhasilan implimentasi Kurikulum 2013 adalah aktivitas peserta didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas peserta didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin diri. Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat penegak disiplin dalam setiap aktivitasnya.
Menurut pendapat Reisman dan Payne (1987: 239-241) dapat dikemukakan 9 strategi untuk mendisiplinkan peserta didik:
1.      Konsep diri (self-concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep masing-masing individu merupakan factor yang penting dari setiap perilaku, maka guru harus bersikap empatik, hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaanya dalam memecahkan masalah.
2.      Ketrampilan berkomunikasi (communication skill) , mampu meneriama semua perasaan dan mendorong timnulnya kepatuhan peserta didik.
3.      Konsekwensi-konsekwensi logis dan alami (natural and logical consequences) perilaku perilaku yang salah karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan terhadap dirinya.
4.      Klarifikasi nilai (value clarification) perilaku dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
5.      Analisis transaksional (transactional analysis) guru blajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah
6.      Terapi realitas (reality therapy) sekolah harus berupaya menangani kegagalan dan meningkatkan keterlibatan.
7.      Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline) metode ini menekankan pengadilan penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8.      Modifikasi perilaku (behavior modification) perilaku salah disebabkan oleh lingkungan sebagai tindakan remidiasi perlu diciptakan lingkungan yang kondunsif.
9.      Tantangan bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan sangat teroganisasi dan dalam pengadilan yang tegas.

4.      Sosialisasi Kurikulum 2013
Sosialisasi dalam kurikulum 2013 sangatlah penting dilakukan agar semua pihak yang terkait dalam implementasinya di lapangan paham dengan perubahan yang harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.
Pihak-pihak yang terkait dalam implementasi kurikulum 2013 adalah seluruh warga sekolah, bahkan seluruh masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini bisa dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara proposional dan professional. Ditingkat sekolah sosialisasi bisa langsung oleh kepala sekolah yang sudah memahaminya namun kalau belum paham bisa mendatangkat pakar atau ahli dari kalangan pemerintah maupun masyarakat. Sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah dan orang tua murid untuk mendapatkan masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi kurikulum.
Setelah sosialisasi kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013.

5.       Fasilitas Dan Sumber Belajar
Fasilitas dan sumber belajar yang ada di sekolah berbeda-beda satu dengan yang lain. Hal ini menjadi factor penting dalam implementasi kurikulum 2013, maka tak heran ketika dalam implementasinya tidak semua sekolah langsung dijadikan sebagai sekolah implementasi kurikulum 2013 ini. Fasilitas dan sumber belajar memang bukan hal utama, namun hal yang sangat penting disamping factor-faktor yang lain. Apa saja fasilitas dan sumber beajar itu? Berikut penjabarannya.
Menurut Mulyasa (2013) Fasilitas dan sumber belajar yngharus dikembangkan antara lain 1) laboratorium, 2)buku ajar, 3)pusat sumber belajar, 4)perpustakaan, dan 5)tenaga pengelola dan kemampuan pengelolanya. Terkait dengan tenaga engelola dan kemampuan pengelola, salah satu contohnya adalah kapasitas dan kreatifitas guru. Guru diharapkan mampu mengkonstruksi sumber belajar untuk siswa, pun juga dengan alat pembelajaran dan alat peraga. Alat pembelajaran dan alat peraga diharapkan mampu diciptakan sendiri oleh guru melalui pemanfaatan lingkungan sekitar. Adapun contoh pemanfaatan lingkungan sekitar seperti batu, daun, tanah, tumbuhan, keadaan alam, kondisi pasar dan segala sesuatu yang berada dilingkungan kita yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Kaitannya dengan fasilitas dan sumber belajar, Mulyasa (2013) mengelompokkan menjadi dua yaitu 1)sumber yang direncanakan (by design) dan 2)sumber yang sudah ada dan tinggal memanfaatkan (By untilization). Kedu sumber ini harus dapat dimaksimalkan agar implemenasi kurikulum 2013 dapat sukses.
Contoh sumber yang direncanakan adalah buku ajar. Mulyasa (2013) memberikan saran kepada orang tua untuk menggunakan buku ajar yang dapat diturunkan untuk saudara (adik kelas) ataupun tentagga sehingga problemaikan ekonomi masyarakat yang masih menengah kebawah dapat teratasi. Selain itu guru juga disarankan agar peserta didik membeli buku wajib, baru kemudian buku penunjang.
Point penting lainny yang harus diperhatikan untuk menggunakan fasilitas dan sumber belajar adalah kesesuaian fasilitas dan sumber terhadap kompetensi yang ingin dicapai. Sehingga  disini guru dituntut kreatif untuk dapat menggunakan fasilitas dan sumber belajar yang tepat sehingga siswa tercapai kompetensi yang diharapkan.
Mulyasa (2013) juga mengelompokkan fasilitas dan sumber belajar yang kaitannya dengan suksesi implementasi kurikulum 2013 yaitu 1)dengan membawa sumber belajar kedalam kelas dan 2)membawa kelas ke lapangan tempat sumber belajar berada.  Dengan membawa sumber belajar kedalam kelas salah satu contohnya yaitu dengan menghadirkan fotografer kedalam kelas dalam memberikan kompetensi siswa tentang fotografi siswa SMK. Contoh membawa kelas ke lapangan misalnya mengunjungi museum untuk menjelaskan tentang sejarah dan peninggalan kuno. Yang jelas keduanya dapat dilakukan guru dalam rangka mensukseskan kurikulum 2013.

  1. Lingkungan yang kondusif akademik
Menurut Mulyasa (2013) Lingkunan yang kondusif akademik maksudnya adalah lingkungan baik fisik maupun non fisik yang dapat menciptakan suasana aman, nyaman, tertib, optimis, tertib dan bersih yang dapat meningkatkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Lingkungan yang kondusif akademik akan menciptkan iklim belajar yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebaliknya jika iklim belajar itu kurang baik maka akan tercipta pembelajaran yang menjenuhkan, membosankan dan tidak menyenangkan. pengkondisian lingkungan yang kondusif akaemik ini penting dan menjadi tanggungjawab bersama.
Lingkungan yang kondusif akademik berupa fisik seperti 1)kondisi lingkungan, 2)aroma lingkungan, 3)warna pada lingkungan sekitar termasuk warna cat yang digunakan, 4)penerangan dalam ruang kelas, dan 5)kebersihan hendaknya benar-benar diperhatikan dan diupayakan. Mulyasa (2013) mengungkapkan bahwa factor-faktro diatas mampu mempengaruhi semangat beajar siswa. Misalnya warna gelap cenderung menghadirkan mood yang kurang semangat, sedangkan warna cerah mampu menghadirkan suasana yang lebih bersemangat dan menggairahkan. Beitu juga dengan kondisi pencahayaan, ruangan yang terlalu terang dan silau dapat menganggu konsentrasi, sedangkan ruangan yang terlalu geap dapat membuat semangat menurun. Semua itu harus dirancang dan direkayasa sehingga lingkungan dapat mendukung implementasikurikulum 2013.
Selain itu, lingkungan yang ramai dan berisik cenderung dapat mengganggu konsentrasi untuk mata pelajaran yang berat dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Sedangkan lingkungan yang menyenangkan akan mampu memberikn kemudahan bagi otak untuk melibatkan emosi sehinga akan lebih bermakna pembelajaran tersebut.
Aspek lingkungan non fisik yang dimaksud adalah aspek psikologis, bisa Antara siswa dengan siswa dan bisa juga Antara guru dengan siswa. maka disini guru harus bisa menciptakan lingkungan nonfisik yang dapat membuat peserta didik nyaman. Mulyasa (2013) memberikan beberapa tips dan trik diantaranya yaitu:
1.      Memberikan pilihan kepada peserta didik yang cepat berpikirnya dan yang lambat brpikirnya dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2.      Memberikan tugas remedial kepada siswa yang kurang berpresasi.
3.      Mengembangkan organisasi kelas yang lebih efektif dan menarik.
4.      Menciptakan suasana saling menghargai dalam kelas.
5.      Melibatkan siswa dalam prses perencanaan belajar dan pembelajaran agar siswa merasa ikut bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

  1. Partisipasi Warga Sekolah
Partisipasi warga sekolah menurut Mulyasa (2013) yang perlu ditekankan adalah partisipasi tenaga kepandidikan. Partisipasi tenaga kependidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja kepala sekolah. karena dalam hal ini kepala sekolah harus mampu meningkatkan produktifitas dan peningkatan kinerja tenaga kependidikan.
Menurut mulyasa (2013) ada tujuh kegiatan utama dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kependidikan yaitu 1)perencanaan tenaga kependidikan, 2) Pengadaan tenaga kependidikan, 3)pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, 4)promosi dan mutasi, 5)pemberhentian tenaga kependidikan, 6)kompensasi, dan 7)penilaian tenaga kependidikan.
Mulyasa (2013) juga membagi strategi untuk mensukseskan implementasi kurikulum 2013 menjadi 2 strategi yaitu 1)strategi umum dan 2)straegi khusus. Strategi umum mencakup pemberdayaan tenaga kependidikan yang harus dilaksanakan sesuai rencana kebutuhan yang jelas, pengembangan sikap dan kemampuan professional, dan kerjasama sekolah dengan perusahaan dan industry yang perlu untuk terus dikembangkan.
Sedangkan strategi khususnya yaitu strategi untuk pengembangan dan peningkatan manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Adapun point-pointnya yaitu 1)pengingkatan kesejahteraan enaga kependidikan, 2)pendidikan pra jabatan, 3)rekrutmen dan penempatan tenaga kependidikan yang tepat, 4)peningktan kualitas tenaga kependidikan, dan 5)pengembangan karir tenaga kependidikan. Kelima hal ini merupakan strategi khusus yang eksekusinya lebi banyak di kepala sekolah.
Demikian tujuh kinci sukses dalam kurikulum 2013 menurut Mulyasa. Semoga bisa menginspirasi kita semua.

Posting Komentar untuk "7 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013 menurut Prof. Mulyasa"