Mencetak generasi cerdas
Pendidikan merupakan cara untuk
memberantas kebodohan. Sebagaimana risalah Islam yang mulia ini, membebaskan
manusia dari kebodohan. Membawa manusia dari zaman jahiliyah (kebodohan) menuju
zaman madaniyah (berperadaban). Maka sebenarnya, dakwah islam adalah dakwah
pendidikan, dakwah memanusiakan manusia sesuai fitrahnya tujuan diciptakannya
manusia.
Begitu juga pendidikan hari ini.
Tujuan utama dari pendidikan ini sebenarnya adalah tujuan utama dari dakwah.
Karena dakwah juga mengajak manusia dari jahiliyah menuju islamiyah. Maka dari
itu pendidikan hendaknya dapat mengarahkan siswa dari gelap gulita menuju
terang benderang. Sebagaimana risalah Islam ini, memberikan petunjuk kepada
manusia, dari manusia yang bodoh akan dirinya menuju manusia yang cerdas karena
paham siapa dirinya, darimana dia berasal dan kemana dia akan kembali.
Sebelum membahas tetang apa itu
cerdas, perlu kita pahami bersama bahwa Islam adalah agama yang kita yakini
kebenarannya. Maka dari itu, mari kita jadikan Islam sebagai pedoman dan sumber
dalam proses pendidikan ini. Mengapa Islam? Karena Allah subhanahu wata’ala
telah menjadikan Islam ini sebagai pedoman hidup manusia. Allah subhanahu wata’alalebih
tahu apa yang harus dilakukan oleh manusia agar mereka bahagia di dunia dan
diakhirat mendapat surga.
Maka siapa saja anda saat ini,
utamanya para pendidik atau orang tua hendaknya menjadikan petunjuk-petunjuk
Allah subhanahu wata’alasebagai petunjuk yang utama. Sehingga apa yang
dikerjakan adalah bagian dari mendakwahkan agama Allah subhanahu wata’ala,
walhasil apapun hasilnya akan berbuah pahala dan kitapun akan dimulyakan oleh
Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana perkataan sahabat Umar bin Khatab ra,
“Sesungguhnya, kita dahulu adalah kaum paling hina,
kemudian Allah memuliakan kita dengan agama Islam. Sehingga, jika kita berusaha
mencari kemuliaan dengan selain agama Islam, pasti Allah akan menimpakan
kehinaan kepada kita.” (Hr. Hakim)
Maka dari itu, jadikan Islam sebagai
pedoman dan rujukan sebelum yang lainnya. Bismillah, semoga Allah subhanahu wata’ala
membimbing kita. Aamiin.
Lalu bagaimana cara membentuk
generasi yang cerdas? Ada hal yang perlu kita pahami terkait cerdas, karena
persepsi yang berbeda akan membuat kita berbeda pula dalam memahami dan
memposisikan arti kata cerdas. Karena cerdas menjadi sesuatu yang abstrak dalam
pendidikan saat ini. Maka tak heran jika cerdas menurut sebagian orang
diartikan sebagai anak yang unggul kognitifnya saja. Cerdas juga ada yang
mengartikan anak mampu memiliki keunggulan dibidang tertentu. Atau dengan definisi
lain yang kurang lebih hampir sama mendefinisikan tentang cerdas.
Lebih lanjut, orang yang konon
mereka sebut cerdaspun kini duduk di kursi-kursi pemerintahan, pimpinan-pimpinan
perusahaan, pengusaha-pengusaha atau posisi lainnya.Namun anehnya korupsi,
kolusi, manipulasi, diskriminasi masih ada dimana-mana. Cara-cara tidak sehat
pun masih ada saja. Inikah cerdas itu? Sikut kiri, sikut kanan, injak bawahan
untuk naik jabatan? Astaghfirullah… kurang apa dia? Kognitifnya bagus, skilnya
punya, tapi? Inilah potret saat ini. Tentu kita tidak ingin melahirkan generasi
seperti ini. Lalu yang kurang apa dari mereka? Jawabnya cukup dua kata saja,
adab dan iman.
Belum lagi jika kita berbicara
tentang harta. Pungutan tak jelas dimana-mana. Bahkan di departemen agama. Ada
cara-cara licik untuk mendapatkan harta. Ada cara yang mendzolimi orang lain. Sekali
lagi, Inikah orang Cerda yang kita harapkan itu?
Lalau bagaimana definisi manusia
yang cerdas itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ
المُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ أَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا
وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
“Orang mukmin yang paling utama
adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah
orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk
menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas (yang sesungguhnya,
pent).” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).
Ya, begitulah seharusnya orang yang
cerdas. Memiliki akhlak yang mulia (beradab) dan memiliki iman yang mantab. Visinya
jauh kedepan. Hatina senantiasa terpaut kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika
ia menjadi pemimpin, maka jadilah ia seperti Umar bin Khatab yang cinta kepada
rakyatnya dan besar cintanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Begitu juga
dengan Umar bin Abdul Aziz yang mampu membawa kesejahteraan rakyatnya
ditengah-tengah kekacuan negara.Inilah generasi cerdas yang sesungguhnya.
Maka sesungguhnya orang yang cerdas
diantara orang-orang yang beriman itu adalah orang yang paling banyak mengingat
kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Bisa jadi
keahliannya berbeda beda, namun iman menancap dihatinya. Sehingga jika dia
banyak harta maka hartanya berkah bermanfaat. Jika dia mempunyai kedudukan akan
tetap amanah. Jika ia mempunyai ilmu, maka tidak akan sombong. Generasi seperti
inilah yang kita harapkan. Semoga Allah swt memudahkan.
Maka orang yang cerdas itu adalah
mereka yang mempunyai iman kuat, berakhlak mulia dan paham agama. Mari
bersama-sama kita bentuk generasi yang unggul ini, generasi yang dapat membawa
kedamaian dan kemakmuran bagi ummat manusia.
Modul tiga bulan pertama di MI
tahfizh Al Furqon ini disusun agar memudahkan dalam pengelolaan dan semoga bisa
menjadi pedoman bagi pengelola pendidikan disekolah yang lain. Titik tekan di
tiga bulan pertama ini ada pada penanaman Adab dan Iman, karena keduanya yang
menjadi landasan untuk belajar ilmu dan mengafalkan Al Qur’an. Semoga
bermanfaat. Semoga Allah subhanahu wata’alamemberikan pertolongan dan kemudahan
kepada kita semua untuk membentuk generasi cerdas, berakhlakul karimah dan hafal
Al Qur’an. Aamiin.
Ya Allah bimbinglah kami.
Kepala MI
tahfizh Al Furqon
Derit
Vikiyono, M.Pd
Posting Komentar untuk "Mencetak generasi cerdas"
Terimakasih...