Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bekerja adalah Ibadah



Ketika kerja adalah ibadah
Oleh : Derit Vikiyono*
“bekerja adalah ibadah”
Berdasarkan infromasi dari Prof. Dr. Samsi pernah ada penelitian di Kediri dan Bali. Menurut hasil penelitian itu, ternyata di daerah yang nilai relijiusitasnya tinggi (taat beragama) masyarakat memaknai bekerja sebagai ibadah. Bekerja adalah ibadah bukan sekedar mencari nafkah atau untuk membangun rumah pun bekal menikah. Mencari nafkah, membangun rumah dan bekal menikah bukan sebagai tujuan utama. Ini hanya efek samping dari pekerjaan. Sehingga upah besar ataupun kecil tidak masalah yang penting bekerja. Karena kerja adalah ibadah.
Sedangkan di tempat lain yang masyarakatnya tidak relijius (bernilai rendah) cenderung memaknai berbeda. Bagi mereka bekerja bukanlah untuk ibadah, namun untuk mendapatkan upah. Otomatis upah ini yang akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini misalnya makan minum, tempat tinggal, menikah, pakaian dan kebutuhan rumah serta keluarga lainnya. Lalu apakah bekerja sebagai ibadah lebih baik daripada bekerja untuk mencari nafkah? Mari kita diskusikan bersama-sama.
Bekerja mencari nafkah. Orang yang bekerja untuk mencari nafkah( jika kita logika) seharusnya membuatnya semangat. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Jika kebutuhannya belum tercukupi maka dia belum puas. Orang ang seperti ini akan terus berusaha mencari upah dimana-mana. Seharusnya dia juga rajin menabung untuk masadepannya. Dan dia akan semakin bahagia manakala upahnya semakin banyak.
Namun demikian, bekerja untuk mencari nafkah juga menimbulkan efek negative. Salah satu efeknya adalah menghalalkan segala cara. Korupsi mungkin bisa menjadi conth yang tepat. Korupsi telah menjadikan pelakunya mati-matian untuk membesarkan perutnya sendiri. Mengapa ia rela seperti itu? Ia rela karena ia ingin memenuhi keebutuhannya sendiri. Apakah ia sadar? Bisa jadi dia menyadarinya, bakan amat sangat sadar, namun karena bekerja dimaknai sebagai cara mendapatkan upah maka dia pun berusaha agar dernagn usaha yang kecil bisa didapat upah yang besar. Usaha kecil upah besar inilah yang menjadikan para koruptor kreatif untuk menggelapkan uang.
Maka dari itu, jabatan struktural yang prestisius dan memberikan banyak upah akan menjadi rebutan. Seperti roti yang empuk untuk dimakan. Saling berebut dan bisa jadi saling membunuh, tak kenal kawan ataupun lawan. Selain itu, paradigm bekerja sebagai upah juga menjadikan seseorang berpikir malas. Jika dengan hal yang mudah dia bisa mendapatkan upah, mengapa harus bersusah payah? Kemalasan ini akan berdampak pada gaya hidup. Jika tanpa bekerja saja dia sudah berpenghasilan, mengapa harus bekerja? Maka yang terjadi biasanya foya-foya. Menghabiskan uang dan sisa hidupnya untuk menikmati upahnya. Dia tak mau berusaha lagi dan tak mau bekerja.
Itulah bekerja untuk mencari upah. Paradigm ini telah merajalela dimana mana. Fenomena yang bisa kita rasakan contohnya sekarang di desa sedikit sekali pelajar (generasi muda) yang mau pergi ke sawah membantu orang tua. Mungkin ada yang beralasan tidak kuat, namun ada juga yang merasa gengsi. Dianggap ke sawah bukan pekerjaan yang menguntungkan. Pasalnya bekerja di sawah sedikit upah. Dan ini akan berbeda ketika paradigmanya bekerja sebagai ibadah. Seperti apa itu?
Bekerja adalah ibadah. Bekerja bukan sekedar untuk mendapatkan upah, namun lebi dari itu bekerja adalah bukti pengabdian kepada Allah Swt sang pencipta. Bekerja dijadikan sebagai wujud rasa syukur. Bekerja adalah ibadah hamba kepada Allah Swt. Maka jika tidak bekerja artinya kehilangan momentum dan meninggalkan perintah Alah Swt. Dampaknya, seseorang akan lebih semangat untuk bekerja. Setiap detik baginya adalah ibadah. Dia tidak begitu terlalu memperhitungkan berapa penghasilannya, yang penting dia bisa bekerja.
Tampaknya memang agak aneh. Pemaknaan yang benar bekerja sebagai ibadah, ketika seseorang sudah kaya raya, dia akan terus bekerja. Ketika semua kebtuhannya sudah tercukupi, dia akan tetap bekerja. Dia tak cukup dengan mencukupi dirinya sendiri, namun dia juga akan berusaha untuk membantu orang lain. Kebermanfaatannya dia harapkan bisa menyebar kemana-mana sehingga pahala (hasil dari ibadah) yang dia dapat akan lebih banyak. Intinya, dia akan ringan tangan untuk membantu sesame. Begitulah pemaknaan yang benar bekerja sebagai ibadah.
Dalam hal ini ada yang berlebihan, ada juga yang tidak berlebihan. Bagi yang berlebihan maka dia cenderung bekerja asal-asalan sehingga yang penting bekerja. Jauh dari profesionalitas. Hasilnya pun kurang memuaskan. Berbeda dengan yang tidak berlebihan, dia memandang bekerja sebagai ibadah yang dibarengi dengan profesionalitas. Dia bekerja namun sisi profesionalnya ada sehingga hasilnyapun professional, tidak asal-asalan.
Bekerja sebagai ibadah di sini  maknanya bahwa bekerja itu merupakan bagian dari ibadah dan tidak mempersempit diri bahwa ibadah itu hanya yang sholat, zakat, puasa dan haji saja. Bekerja ternyata juga bisa mendatangkan pahala. Jika demikian, siapapun yang menganggap bahwa bekerja adalah ibadah harus memiliki profesionalitas dan semangat yang tinggi karena pekerjaan seseorang tidak hanya dinilai oleh manusia, namun dinilai juga oleh Allah Swt.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah [9]: 105)
            Perasaan bahagia menjadi salah satu efek lain dari “bekerja adalah ibadah”. Kebahagiaan ini hadir karena seseorang telah menjalankan perintah Allah Swt. Inilah awalmula mental orang yang sukses dalam hidup. Berbeda dengan bekerja untuk mendapatkan upah. Bekerja untuk mendapatkan upah menjadi awal mental korupsi. Jadi? Mari kita jadikan diri kita profesional dalam bekerja, maknai kerja sebagai ibadah. Jika tidak bekerja berarti telah melanggar perintah Allah Swt. Selamat beribadah…

*) Kader KAMMI Ponorogo
Makasiswa Pascasarjana UNS Surakarta
Direktur Lembaga Motivasi ATC Indonesia
www.deritviki.blogspot.com

Posting Komentar untuk "Bekerja adalah Ibadah"