Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Study “School To School” Di Sekolah Ciputra Surabaya

            Alhamdulillah, sebuah kesyukuran karena bisa menjadi bagian dari program “School to school” yang diselenggarakan oleh sekolah ciputra. Sekolah yang biaya SPP bulanannya 4Juta ini memberikan Workshop gratis selama sehari. Workshop ini diikuti oleh sekolah-sekolah se-jawa timur. Kuota peserta 300 Orang. Sabtu 24 Nopember 2013 kami ber300 mengikuti program ini. Program ini berisi tentang kepemimpinan, strategi pembelajaran, media dan juga IT dalam pembelajaran. Kebetulan saya masuk di dua sesi yaitu 1)sesi TIK dan 2)Sesi media pembelajaran matematika. Kali ini saya akan share apa yang saya dapat dari perjalanan ini.
Pertama, pentingnya environment dalam pembelajaran. Ternyata lingkungan itu sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Sudah bisa dipastikan, siswa yang belajar di tempat yang nyaman, bersih dan indah akan lebih mudah daripada di tempat yang kotor, kumuh dan berbau tidak sedap. Maka dari itu, sebagai pengelola lembaga pendidikan hendaknya memperhatikan lingkungan tempat belajar siswa ini.
Kedua, International Base Curriculum. Sekolah ciputra merupakan sekolah yang menggunakan IB sehingga di sini pembelajarannya tidak berbasis mata pelajaran, namun tematik yang itu lebih detail dan rumit karena untuk merekayasa pembelajaran buan depan sudah harus dirancang bulan ini. Apakah ini sama dengan kurrikulum 2013? Salah seorang guru mengatakan bahwa IB pembelajarannya lebih pada inquiry learning approach dan lebih mendalam, sedangkan Kurikulum 2013 itu baru di permukaan. Beliau bilang bahwa “model seperti kurikulum 2013 sudah kami lakukan dulu dan sekarang kita lebih mendalam lagi”. Keren sekali.
Kurikulum yang diterapkan lebh menekankan kepada student-cenerd Learning, bukan Teacher-centered Learning. student-cenerd Learning menjadikan siswa sebagai tokoh utama dalam pembelajaran, sedangkan guru sebagai sutradara. Maka tak heran jika konsep dari pembelajarannya dilakukan dan didiskusikan secara mendalam sebelum proses pembelajaran terjadi. Sedangkan Teacher-centered Learning lebih menekankan bahwa peran guru sebagai tokoh utama, sedangkan siswa sebagai penonton. Sudah barang tentu Students-centered Learning inilah yang seharunya kita contoh.
Ketiga, pemanfaatan IT dalam pembelajaran. Biar bagaimanapun IT ini akan terus berkembang. Bahkn sekarang TIK tidak menjadi mata pelajaran sendiri, namun sudah terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain. Perkembangan teknologi informasi yang sekarang dapat kita artikan bukan sekedar internet, namun juga Iphone, Smart Phone dan gadged yang lainnya ini harus dikenalkan kepada siswa dan diberikan pemahaman penggunaan secara aman dan sehat sehingga siswa tidak salah menggunakan alat-alat ini.
Dalam pemanfaatan TIK ini guru dapat memanfaatkan blog gratis seperti Blogger, wordpress dan weebly sebagai salah satu sarana kreasi siswa. Salah satu pemanfaatannya yaitu untuk tugas-tugas bagi kelas atas (5 dan 6 SD) berbasis internet. Tugas-tugas dimasukkan dalam blog mereka sendiri. E-Learning yang mudah diakses siswa dari guru juga bagian dari pemanfaatan TIK. Web-web pembelajaran yang menyenangkan juga bisa menjadi sarana belajar bagi siswa yang harus guru kenalkan.
Darimana pemanfaatan TIK ini dimulai? Apakah setiap siswa harus mempunyai HP android? Atau seperti apa? Paradigm yang salah seringkali ada pada guru sekarang yang mengganggap bahwa Teknologi itu ya penemuan terbaru, namun sejatinya tidak harus begitu. Bisa jadi, penemuan terbaru itu bukanlah bagian dari pemanfaatan teknologi informasi. Contoh, kasis 1, guru menerangkan menggunakan LCD. Dalam hal ini guru berceramah menerangkan kepada siswa. Kasus 2, guru meminjam HP yang ada kameranya, kemudian membagi kelas dalam kelompok. Setiap kelompok diberikan HP berkamera tadi untuk memotret lingkungan sekitar sesuai dengan tema. Dari dua kasus itu, manakah yang termasuk pemanfaatan teknologi? Maka jawabnya sudah pasti kasus yang ke 2. Maka dari itu, perlu dipahami bahwa kemajuan teknologi yang dimaksudkan untuk meningkatkan pembelajaran itu harus berangkat dari syllabus, KD, Indikator, tujuan pembelajaran, materi yang kemudian didukung oleh media untuk mewujudkan itu semua.
Keempat, pemanfaatan media. Dalam pembelajaran, media itu penting. Guru dapat menggunakan media apa saja yang ada disekitar tempat siswa. Bahkan siswa juga bisa diminta membawa media sendiri. Misalnya dalam pembelajaran tentang volume, siswa bisa diminta membawa beras. Guru yang menyiapkan tabung. Nah, dari sini guru dapat mengajarkan tentang volum bahwa volume itu isi. Pembelajaran seperti ini akan lebih mengena dan berkesan bagi siswa daripada sekedar ditunjukkan rumus-rumus yang harus dihafal dikepala.
Kelima, integreated learning. Pembelajaran yang terintegrasi. Saya kurang begitu paham, yang jelas dalam pembelajaran ini ada integrasi mata pelajaran. Namun juga ada integrasi dalam aspek motoric, cognitive dan afektif. Ketiganya terintegrasi, tidak terpisah-pisah. Jadi seringkali guru memisahkan Antara tiga aspek motoric, cognitive dan afektif padahal seharusnya ketiganya terintegrasi. Mungkin dalam kata lain integrated di sini bisa diartikan sebagai blended. Mencampur dan meramu segalanya sehingga peserta didik memiliki konsep yang jelas dalam pembelajaran.
Keenam, tanamkan pemahaman bukan hafalan. Memberikan pemahaman memang harus direkayasa, tidak bisa tergesa-gesa. Inilah tugas yang penting bagi guru. Menjadi guru harus sabar dan terus berpikir keras agar siswa paham, bukan sekedar agar siswa hafal. Menghafal mungkin bisa lupa, namun jika paham bisa dibawa kemana-mana dan jika dibenturkan dengan konteks lain maka pemahamannya akan mampu menyelesaikan masalah barunya itu. Maka pemahaman itu penting.
Ketuju, organisasi berbasis professional. Ciputra merupakan lembaga professional, lalu bagaimana dengan lembaga suwasta yang berbasis islam? Misalnya Yayasan Qurrota A’yun, maka saya sarankan untuk menggunakan pendekatan ukhuwah. Artinya bahwa semua elemen yang ada di lembaga ini adalah bersaudara, saling melengkapi, saling mendukung untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan khususnya yaitu dalam rangk mewujudkan peserta didik yang sedap dipandang mata (dholih dan sholihah).

Demikian tujuh hikmah dari workshop di sekolah ciputra Surabaya. Semoga ada manfaatnya. Selamat menempuh hidup baru. 

Posting Komentar untuk "Study “School To School” Di Sekolah Ciputra Surabaya"