Gunung lawu telah menjadi saksi pembuktian
“Bagi
sebagian orang, mendaki gunung lawu adalah hal yang biasa, namun bagi saya ini
adalah bagian dari cita-cita”
Alhamdulillah..
penuh kesyukuran akhirnya pagi itu saya bisa sampai di puncak Lawu, setelah melewati
jalan mendaki, terjal, curam dengan cuaca yang cukup menjadikan kuku-kuku kaki
keram tak bisa digerakkan. Dingin, bahkan sangat dingin bagi saya. Bayangkan
saja, mie rebus yang baru diangkat dari api yang panas itu bisa langsung
dimakan. Terbayang kan betapa dinginnya.
Yah, itulah namanya perjuangan,
perjuangan untuk mendaki hingga sampai ke puncak. “ko mau-maunya berjalan ke
puncak, kayak nggak ada kerjaan aja”, mungkin sebagian ada yang berkata seperti
itu. Mungkin ada jua yang berpendapat lain. Yah, namanya juga manusia, ada yang
setuju da nada yang tidak. Namun bagi saya, ada hikmah luar biasa dibalik
perjalanan saya di hari Sabtu, 9 Nopember 2013.
Pertama, menaklukkan lawu adalah bagian
dari cita-cita saya di tahun 1435H ini. “Bagi sebagian orang, mendaki gunung
lawu adalah hal yang biasa, namun bagi saya ini adalah bagian dari cita-cita”.
Ya, saya sarankan siapapun anda untuk memiliki cita-cita. Sampai ke puncak lawu
adalah wujud usaha dan kerja keras untuk menggapai cita-cita. Dan betapa ternyata
ujian untuk menggapai cita-cita itu tidak mudah, butuh usaha, kerja keras,
kerja ikhlas, kerja serius, dan terus berusaha tak kenal lelah hingga cita-cita
itu bisa kita raih. Lawu telah menjadi saksi atas kesungguhan usaha saya untuk
mewujudkan cita-cita ini.
Kedua, mendaki itu membutuhkan fisik
yang kuat. Islam mengajarkan keseimbangan Antara fisik, hati/jiwa dan pikiran.
Dan rasulullah Saw pun pernah bersabda bahwa mukmin yang kuat itu jauh lebih
baik daripada mukmin yang lemah. Disinilah saya berusaha untuk melatih dan juga
menguji fisik saya, apakah kuat untuk mendaki lawu? Dan Alhamdulillah ternyata
masih kuat. Selain itu, saya juga berpikir tentang thawaf di Ka’bah, berputar
sebanyak 7X. ini membutuhkan fisik, maka dari itu naik ke puncak lawu sebagai
warming up nya.
Ketiga, melatih keimanan. Berjalan di
tengah malam di tengah hutan. Mencekam. Dan konon di sini juga ada pasar setan.
Wow. Di sinilah iman dilatih untuk yakin dengan Allah Swt. Alhamdulillah
selamat sampai kembali ke lereng.
Keempat, mencoba mantafakuri ciptaan
Allah Swt. Betapa ternyata banyak ciptaan Allah Swt yang luar biasa. Manusia
tidak ada apa-apanya. Adalah hina bagi siapa saja yang menyombongkan diri,
yakin lah. Perjalanan ini sungguh menyadarkan betapa kecilnya diri ini, taka da
apa-apanya. Semoga bisa menambah keimanan dan ketawadhu’an serta dijauhkan dari
kesombongan.
Keempat, mencoba mentafakuri hakikat
perjalanan dalam hidup. Ternyata kehidupan ini hamper sama dengan perjalanan
mendaki gunung. Terkadang harus melewati batu terjal, jalan curam dan terkadang
jalan mulus. Sempat juga terbesit untuk berhenti di tengah jalan, namun
ternyata keyakinan dan harapan masa depan mampu mengalahkan kemalasan untuk
berhenti. Layaknya perjalanan kehidupan ini, betapa banyak manusia yang bosan
membangun hidup karena merasa gagal dalam hidup, sedangkan ia lupa bahwa kita
lahir untuk membangun kehidupan dan mewujudkan cita-cita. Allahuakbar… moga
Allah menguatkan kita.
Kelima, belajar berukhuwah. Dan saya
membuktikan bahwa berjalan bersama itu akan lebih lama daripada jalan sendiri.
Maunya cepat sampai, namun karena kita bersama-sama maka kita harus mengalahkan
ego kita. Disini benar-benar belajar tentang ukhuwah bahwa kebersamaan itu jauh
lebih penting. Makan bersama, minum bersama. Saling membantu dan saling
memberikan motivasi.
Demikian kira-kira hikmah dari
perjalanan ke puncak lawu dan tentunya “Bagi sebagian orang, mendaki
gunung lawu adalah hal yang biasa, namun bagi saya ini adalah bagian dari
cita-cita”. Selamat menempuh hidup baru, semoga Allah memberikan kemudahan,
kemanaban dan keberkahan dalam hidup kita. Aamiin
MANTAP OM., BARU TAHU POST INI., BISA JADI MOTIVASI TEMEN2 KAMMI YG MAU JUNIOR CHAMP 1., INSYAALLAH., 25 JANUARI.,
BalasHapus#SEDIKIT REVISI OM., TU KEEMPATNYA KOK DUA KALI YA, SALAH ATWEMG SENGAJA YA., HEE.,