Belajar dari penjual tahu
Selama berkunjung ke kampung halaman, ada banyak
kegiatan yang saya lakukan. Salah satunya mengantarkan mamak (Ibu) untuk ujian
semester di kampus Universitas Terbuka.
Maklum, karena ibu tidak bisa naik motor, jadi minta bantuan untuk
diantarkan. Jarak dari rumah ke kampus ditempuh 1,5 Jam dengan medan
naik-turun, dan terkadang jalannya berlubang.
Ada pengalaman menarik ketika saya menunggu ibu
keluar dari ruangan. Salah satunya, saya berbincang dengan seorang penjual
tahu. Usianya kira-kira 30 tahun. Asli jawa barat. Dia sudah memiliki 3 Orang
anak. Anak pertma laki-laki, anak kedua perempuan dan anak ketiganya laki-laki.
Dia berencana memiliki anak lagi. Subhanallah...
Dan beginilah kurang lebih komentarnya tentang anak
laki-laki dan anak perempuannya.
“Lebih enak punya anak laki-laki daripada anak perempuan. Karena anak perempuan, lebih berat dalam mendidiknya dan jika anak perempuan durhaka, maka orangtuanyalah yang menanggung segala akibatnya.”
Sahabat, saya sempat terteun mendengar jawaban Bapak
penjual tahu. Profesinya sebagai penjual tahu seolah tak menjadi pembeda strata
hidupnya. Justru keimanan dan ketaqwaanlah yang saya lihat menjadikannya mulia.
Meski hanya penjual tahu, namun iman dan taqwanya tak kalah dengan profesi yang
menghasilkan lebih banyak rupiah. Masyaallah...
Dan saya yakin, antum juga tidak mau kalah dengan
penjual tahu. Kita yang sekolah lulus dari SMA/SMK/MA seharusnya lebh intens
untuk memperhatikan dunia dan akhirat. Sehingga hidup kita tak dilenakan oleh
kenikmatan sesaat yang ada di dunia ini.
Siapapun saya, siapapun anda, imanlah yang
membedakan derajat disisi ALLAH SWT. Ini harus selalu kita ingat. Insyaallah
jika ini melekat dalam diri kita, kita takkan mudah menghina, merendahkan
aaupun mencaci maki orang lain. Dan inilah yang diajarkan oleh Imam Ghozali,
ketika bertemu dengan siapapun, angaplah orang yang kautemui lebih mulia dan
lebih baik imannya dihadapan ALLAH SWT.
Bisa jadi, seorang penjual tahu itu adalah seorang
pahlawan. Karena ia mencari rizki dengan cara yang halal, menafkahi keluarga
dengan penuh perjuangan dan niat khlas untuk ALLAH SWT. Bukankah seorng lelaki
yang mencari nafkah untuk keluarganya sama dengan berjihad? Masyaallah... Lebih
jauh lagi, ia mampu melahirkan generasi-generasi yang lebih baik untuk
masadepan bangsa.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah
ini. Kisah yang sederhana, namun kaya akan hikmah dan pelajaran. Semoga ALLAH
SWT senantiasa menggolongkan kita sebagai orang-orang yang mendapatkan rahmat
dan ridhoNya, Aamiin.
Posting Komentar untuk "Belajar dari penjual tahu"
Terimakasih...