Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saatnya Bertanya Keislaman Kita


Saat syukur telah melekat erat dalam hati dan tercermin dalam tindakan kita, maka mari kita tanyakan sejenak tentang keislaman kita. Sudahkah kita berislam? Atau selama ini kita telah munafik dengan ikrar-ikrar palsu kita, syahadat-syahadat tanpa makna dan tingkshlsku semu mengikuti hawa nafsu.
Sebuah karunia besar dan harus kita syukuri atas apa yang ALLAH SWT berikan kepada kita salah satunya adalah Keislaman yang kita sandang sejak  lahir. Untung kita dilahirkan sebagai seorang Muslim, coba kalau tidak. Bagaimana ya?. Namun toh demikian, sangat sedikit sekali orang yang sadar dan mau mensyukurinya. Semoga kita temasuk hamba-hamba yang mau mensyukuri nikmat islam ini. Amin.
Jika kita lihat, banyak para mualaf masuk islam setelah mereka mempelajari agama non-islam lebih mendalam. Misalnya Hj. Irine Handono yang dulu beragama nasrani, namun beliau masuk islam setelah mempelajari agamanya dengan mendalam. Beliau berpendapat bahwa islam inilah agama yang paling benar. Islam memiliki tuhan yang esa ( satu ) yaitu ALLAH SWT, sedangkan diagama yang ia anaut sebelumnya, tuhan itu punya anak.
Logika itulah yang kemudian mengguncangkan aqidah Hj. Irine Handono dengan agama lamanya. Dalam agama nasrani dikenal adanya trinitas, pribadi tuhan yang  tiga. Hj irine handono adalah mantan biarawati. Baliau sangat bersemangat mempelajari agama yang dianutnya, walaupun akhirnya beliau meninggalkan kepercayaan agama yang dianutnya dulu.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh seorang pujangga “ombak dilautan itu keras, namun jika engakau telah sampai ditengah laut, maka ombak itu akan tenag “. Ya begitulah, ketika ilmu dalam beragama ini digali semakin dalam, maka yang akan terjadi adalah seperti Hj Irine Handono. Beliau mantab dan yakin bahwa Islam lah yang paling Benar. Lalu kita bagaimana? Nah, mungkin kita ini kebanyakan liat ombak dilautan, jadi belum bisa merasakan tnangnya di tengah laut. Sandal hilang di masjid? Berarti orang islam suka mencuri?. Jika pikiran kita masih seperti itu, memangmungkin kita belum dapat mendalami islam ini. Bukankah islam sangat keras terhadap pencuri? Potong tangan adalah hukuman bagi pencuri, betul tidak?
Inilah saatnya refleksi bagi diri kita. apakah pengatahuan kita tentang agama ini telah full? Ataukah masih setengah-setengah yang kemudian membuat kita menjadi goyah dalam beragama ini? Mari jawab sendiri-sendiri dengan jujur. Selama ini kita telah mengucap kalimat syahadat, bahkan bisa jadi  kita lebih duluan daripada Hj. Irine Handono. Namun apakah telah kita wujudkan makna dan hakikat syahadat itu dalam kehidupan kita sehari-hari?
Jangan sampai kita kalah dengan para mualaf. Kita harusnya lebih paham karena kita menganyam islam sejak kita lahir. Seharusnya semangat kita dalam berda’wah lebih besar daripada mereka para mualaf. Seharusnya kecintaan kita terhadap ALLAH lebih besar daripada orang-orang yang baru masuk Islam. Seharusnya ibadah kita lebih top dibanding mereka, sholat kita, puasa kita dan zakat kita. Begitu juga semangat kita dalam mendalami islam dan mengamalkan agama ini haruslah lebih baik dibandingkan dngan orang yang baru masuk islam.
Masa sekarang ini memang sulit jika kita harus mencari orang-orang yang benar-benar islami. Bahkan orang yang islam sejak lahirpun masih kita ragukan keislamannya. Mereka islam namun idola dan perilakunya tidak  islami. Seharusnya idola seorang muslim adalah Rasulullah SAW, bukan televisi, bukan bintang film, bukan pula ulama masa kini karena ulama juga manusia. Bahkan ada juga ulama yang mengaku islam tetapi justru menjatuhkan islam dan mengobrak abrik dari dalam seperti yang telah disebutkan dalam buku “ada pemurtadan di IAIN“. Dalam buku itu dijelaskan betapa banyaknya penyimpangan terhadap nilai-nilai islam yang jusru dipelopori oleh orang-orang islam sendiri.
Inilah saatnya bagi kita untuk bercermin, sudahkah diri kita mencerminkan seorang muslim. Sudahkah Muhammad SAW sebagai idola kita, ataukah yang lain?. Jika kita pengikut ALLAH, pengikut Rasulullah SAW maka apa bukti nyata yang kita berikan?.
Ada sebuah kisah seorang anak kecil yang bertanya kepada ayahnya tentang suatu ayat yang ia dengar ketika ia sedang belajar ilmu agama. Anak cerdas ini bernama  Abu Yazid Al-Busthami.
Suatu ketika ia mendapatkan petuah dari gurunya tentanng firman ALLAH yaitu "Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua itu." (QS Al-Muzzammil, 73:1-3)
Lalu sesampainya dirumah, bertanyalah Abu Yazid Al-Busthami kepada ayahnya, “Ayah, siapakah orang yang diperintahkan oleh Allah untuk bangun malam?". "Anakku, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Aku dan kamu tidak mampu meneladani perbuatan beliau," jawab sang ayah.  Abu Yazid pun terdiam.
Pada pelajaran berikutnya, ia membaca ayat: ”Dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu.” (QS Al-Muzzammil, 73:20)
Sepulangnya dari belajar, ia bertanya lagi kepada ayahnya.
"Siapakah yang bangun malam bersama Nabi SAW?"
"Anakku, mereka adalah sahabat-sahabat beliau."
Abu Yzid pun dengan cerdas menyahut perkataan ayahnya.
"Ayah, jika kita tidak seperti Nabi dan tidak pula seperti Sahabat-sahabat Beliau, lalu kita ini seperti siapa?"
Inilah seorang anak yang cerdik dan hendaknya pertanyaan diatas dilontarkan kepada kita. "saudaraku, jika kita tidak seperti Nabi dan tidak pula seperti Sahabat-sahabat beliau, lalu kita ini seperti siapa?". Inilah yang harus menjadi introsfeksi bagi diri kita masing-masing. Selama ini kita telah menjadi pengikut Rasulullah atau pengikut para pembangkang perintah ALLAH?.
Tahukah engkau, setelah pertanyaan dari Abu Yazid Al-Busthami,  sang ayah menjadi rajin sholat malam dan sejak malam itu Abu Yazid Al-Busthami selalu Sholat Malam. Seharusnya kita seperti ayah Abu Yazid Al-Busthami.
 Semoga dengan pertanyaan "saudaraku, jika kita tidak seperti Nabi dan tidak pula seperti Sahabat-sahabat Beliau, lalu kita ini seperti siapa?" ini kita dapat mengubah diri kita menjadi insan yang mulia disisi ALLAH SWT dengan jannah harapan kita dan berjumpa dengan Rasulullah dan para sahabat yang telah membayar dengan harta, jiwa dan bahkan nyawanya untuk ALLAH SWT. Amin.

Posting Komentar untuk "Saatnya Bertanya Keislaman Kita"