KU INGIN BERUBAH

Malam semakin berlarut. Resah, gundah dan gelisah seakan menyatu dalam kalbu. Keheningan malam turut menyelimuti kegelisahan ini. Duhai robbi apa yang terjadi pada hambamu ini. “laayu kallifullaha nafsan illa usaha . . . “ bisik dalam hati dengan segenap perasaan iba duka nestapa dalam sedalam dalamnya dalam jiwa.
Keputusan yang telah kuambil seakan memaksaku untuk selalu berkomitmen terhadap masalah ini. Ini jalanku, itulah bisik dalam hatiku. Satu minggu telah berlalu setelah kumengucapkan dan memutuskan hal itu. Hal yang menjadi prinsipku. Hal yang menjadikan aku lebih baik. Hal yang harus kuperjuangkan. Hal yang tak biasa kulakukan. Hal yang sangat, sungguh dan amat memberikan perubahan besar dalam hidupku.
Aku adalah orang yang sangat suka dengan agama. Aku cinta agama. Aku sangat patuh terhadap agama. Kecintaan dan kepatuhan itu belumlah cukup untuk menjalani hidupku ini dalam beragama. Agama tidaklah sesimpel yang dapat disimbolkan hanya dengan sebuah Masjid. Agama tidaklah sesimpel yang hanya berdo’a saja. Agama tidak hanya itu. Agama sangatlah luas cakupannya. agama tidak hanya mengatur hubungan social saja, namun bidang ekonomi , politik dan seluruh apa yang ada dalam dunia ini Agama atur.
Sungguh nikmat yang amat dahsyat. Aku terlahir sebagai ummat Muhammad. Aku lahir sudah memeluk Islam. Tapi sungguh amatlah hina diri ini. Aku islam namun perilakuku Non Islam. Kenapa bisa begini?. Dalam hati terusik ingin mencari jati diri. Islam bukan seperti ini. Berpacaran dianggap halal. Berdua-duaan tanpa mukhrim dinaggap syah-syah saja. Laki-laki berkunjung kerumah wanita justru jadi fenomena yang membuat bangga orangtua. Masyaallah… na’udzubillah…
Lebih-lebih masalah pakaian. Pakaian mini dianggap fangky. Pakaian terbuka dianggap biasa. Tanpa berjilbab justru jadi idola. Resah gelisah dan gundah mengusik jiwa hingga pembuluh darah. “ ini bukan Islam “ bisik dalm hatiku. seiring berjalannya waktu kuberusaha menemukan jiwa yang disiksa dengan kenyataan yang ada. Lambat laun akupun tahu, tarnyata selama ini agama yang mulia ini dikotori oleh tangan-tangan non islam.
Apa Motif mereka?. Kehancuran islam itulah tujuan mereka. Seminggu yang lalu aku baru tahu akan hal itu. Lalu, apa yang harus aku lakukan?. Kumengambil keputusan. Kembali pada keislamam. Kusingsingkan lengan baju. Kugali bangkitkan kembali jiwa yang layu, semu dan ragu dengan manhaj yang aku tahu. Kubakar diri dengan motivasi untuk merubah diri. Komitmen kuhujamkan dalam jiwa, kulakukan dengan raga yang penuh rasa dahaga dengan syurga, cinta serta ridho ALLAH sybhanallahuwaa’ala.
Satu minggu yang lalu aku melakukan hal itu. Akan kuberitahu dirimu, wahai saudaraku salah satu komitmen yang kupacu agar aku menjadi Muslim sejati, penuh dedikasi, loyalitas tiada henti dengan dasar ikhlas di hati tuk raih ridho illahi rabbi ALLAH rabbuliz’zati. Kuawali cerita ini dengan dasar sebuah hadits yang sangat menjadikan diri ini ngeri. “ besi yang panas lebih pantas diletakkan di tangan ini daripada menyentuh lawan jenis yang bukan mukhrimnya” kata ustd ahmad dalm acara kajian hari selasa malam di kampusku.
Mendapat berita itu, hatiku seperti terpaku dengan paku yang sangat tajam dan menembus hingga jantungku. Dada ini terasa sesak. Jiwa ini terkoyak. Airmata ini secara tak sadar menetes, ikut merasakan kepiluan. “Duhai Rabbi ampunilah hamba ini, ampuni atas segala kesalahan hamba, hanya engkaulah yang dapat mengampuni hamba.” Bisik dalam hatiku. Baru empat hari yang lalu aku tahu tantang musuh-musuhku dan kini aku harus mengubah sesuatu dalam hidupku.
Tidak bersentuhan dengan yang bukan mukhrimnya bukanlah perkara yang mudah untuk kuterapkan dalm hidupku. Tausyiyah yang kudapat dua hari yang lalu itu selalu mengahntuiku. Kata-kata itu benar-benar membuat dadaku sesak. Apa yang harus aku lakukan. Disisi lain aku menyesal akan hal itu, namun aku merasa takmampu untuk mengubah perilaku. Tapi aku juga takut dengan siksaan dari Tuhanku. Kupikir dalam-dalam perasaan itu, hingga tidurpun aku tak bias. Makanpun ku merasa tersiksa. Enam kata “ tidak bersentuhan dg yang bukan muhrimnya” .
Satu hari telah berlalu dan aku masih tetap seperti sebelumnya. Keadaanku masih sama. Dalam hatiku selalu berbisik ketika aku berjabat tangan dengan yang bukan muhrimnya “ besi panas akanmembakar tanganku “. “ ampuni hamba ya ALLAH “. Ini adlah hari kelima semenjak aku mengetahui musuh-musuhku. Kulihat,tak ada satupun temanku memegang prinsip itu. Prinsip untuk menjaga diri dari besi yang sangat panas.
Sepulang dari kuliah, kulakukan muhasabah, tak sengaja kudengar kisah-kisah dari radio. Kisah yang menggugah. Mampu membuatku berubah. Membuatku menyadari akan arti hidup ini. Apalah artinya nyawa jika kita tidak mampu membawanya kejalan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala. Kegundahan hati dan kesadaran itulah yang membuatku bertekat dan berniat dengan sepenuh hati untuk menerapkan enam kata. Enam kata yang sungguh luarbiasa. Butuh perjuangan tanpa henti.
At the fist u make habits in the last habit make u. . . ini adalah sms motivasi yang ku dapat. Di kampusku ada program SMS Motivasi yang dikirim setiap hari dari Unit Kegiaatan Mahasiswa Islam. Kuresapi dan kutelaah. Dan benar bahwa kebiasaan itu haruslah dibina, dilatih tanpa letih sampai akhirnya kebiasaan itulah yang akan membentuk diri kita. Kebiasaan yang baru yang harus kulakukan ini tiada arti apa-apa tanpa adanya gerak dari diriku.
Tidak ada pilihan lain bagi diri ini untuk tidak menegakkan sunnah itu. Keraguan selalau ada. Bergerak maju sungguh terasa berat. Akhirnya dengan tekat bulat kupun kemarin mencobanya. Ini adalah akau. Aku adalah orang Islam. Ku tunjukkan keislamanku wahai saudaraku, walau akan banyak halangan dan celaan. Kenapa harus takut dengan celaan?. Rasulullah dulu saja juga dicela dan dihina serta dicaci-maki ketika berda’wah. Lagian perbuatnku ini bukanlah perbuatan yang buruk.
Untuk menjadi baik memang butuh perjuangan yang sungguh luarbiasa. Pertama aku memberikan isyarat kepada teman wanitaku, jantung rasanya berdetak keras, mau pecah. Keringat menembus pori-pori kulitku. Dan dada ini terus bergetar. “ jangan sok suci dech . . ! “ kata itulah yang keluar dari tutur temanku. Aku hanya bisa diam, bersabar, menenangkan hati. Kuambil nafas dalam-dalam, kuhembuskan pelan-pelan, Senari sambil kutenangkan hatiku. “ ya ALLAH ini adalah jalanmu, ini adalah jalan yang engkau ridhoi, kuatkan hati hamba ya ALLAH. Aku ingin menjadi orang yang baik “ bisik dalam hatiku.
“ ya ALLAH. Aku ingin menjadi hambamu yang benar-benar bertaqwa. Aku yakin engkau kan membalas terhadap apa-apa yang dilakukan oleh hamba-hambamu. Ya ALLAH jangan jadikan hamba putus asa dan gentar untuk menegakkan yang Haq ini “ lanjut bisik dalam diriku. Tidak hanya satu atau dua orang yang mengatakan dan member komentar terhadap perilaku baruku ini. Setiap kali aku berbuat seperti itu, mereka selalu mengucapkan hal yang sama.
Sungguh tak kusangka dan tak kuduga. Ada seorang bidadari yang baru ku ketahui. Ternyata bidadari itu sungguh menggincangkan hatiku. Menggetarkan jiwaku. Siapakah bidadari itu?. Bidadari itu cantik. Ia cantik bukan karena bedak, lipstick ataupun alat kecantikan. Kecantikannya sungguh luarbiasa. Jika aku bertemu dengannya, hatiku jadi gak karuan, pikiran berantakan. Yang membuatku tambah kagum adalah bidadari itu telah menerapkan prinsip seperti prinsip yang baru kuterapkan dalam hidupku.
“ Awas Aziz. Kamu sudah berjanji komitmen menempuh jalan ini. Jangan goyangkan pikiranmu “ bisik dalam hatiku. Akupun beristighfar sambil mengelus dada yang terasa sesak seperti tertindih beban yang begitu berat. ku ulang istighfar beberapakali. Namun, “ astaghfirullah hal adzim “ perasaan itu justru semakin dahsyat menghujat dalam lerung hati, pekat, melekat erat. “ Tidak boleh. Tidak bias. Aku sudah berbeda. Aku adalah hamba ALLAH. Aku tentara ALLAH. Aku harus menang. “ bisik dalamhatiku, mencoba menghancurkan firus yang amat ganas itu.
Tadi sore sepulang dari kuliah aku berpikir tentang bidadari itu lagi. Kuanggap ia sebagai ujian yang menguji diriku, sejauhmana imanku, prinsipku serta keteguhan hatiku terhadap apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT. Pikiran tentang bidadari itu masih menghinggapi otakku. Sehabis makan akupun berwudhu. Kuresapi segarnya air wudhu’. Kubasuh dengan penuh penghayatan. Kupun menuju kamar dan kuambil petunjuk tertinggi, pegangan hidup ummat islam. Dialah AL-Qur’an. Kubaca dan kuresapi. Kujadikan pelipurlara dalam dada.
Biasanya aku membaca hanya dua atau satu halaman namun tadi sore aku mampu membaca tuju halaman. Kubaca AL-Qur’an dengan penuh penghayatan. Selesai membaca, kucoba untuk mengetahui maknanya. Kebetulan Al-Qur’anku dilengkapi terjemahan. Al-Qur’anku itu kubeli dengan uang hasil menabung selama aku di SMP. Cukup lama dan penuh perjuangan. Justru itulah yang membuatku semangat untuk membacanya setiap hari wlau hanya beberapa ayat.
Ada satu ayat yang membuatku semakin teguh tanpa ragu untuk menempuh dan menerapkan Islam dengan sebaik-baiknya. Yaitu ayat tentang manusia yang diperintahkan untuk meneguhkan hatinya di jalan ALLAH. Kini telah kubulatkan tekatku untuk hidup di jalanmu wahi pencipta alam semesta. Semoga kisah ini membuatmu terinspirasi dan lebih percaya diri dengan Islam ini.
Posting Komentar untuk "KU INGIN BERUBAH"
Terimakasih...