Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ilmu sebagai terapi

“pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa pengetahuan adalah buta, dan ilmu dan agama adalah wajah yang cantik dan tampan”

kata Albert Einstein

Kalok orang sakit berkelanjutan, yng udah mendarah daging lama banget, biasanya ada terapi. Begitu juga dengan habit/kebiasaan. Buat ngerubah kebisaan kita butuh terapi. Sesuai dengan apa yang disampaikan ibnul Qoyyim bahwa semua diawali dari pemikiran kita. pemikiran kita dipengaruhi oleh input yang kita terima. Input itu adalah ilmu.

Input yang benar akan menghasikan output yang baik. Inut yang keliru akan menghasilkan output yang keliru pula. Input ini akan mempengaruhi pemikiran kita. input itu adalah ilmu yang kita terima. Jika ilmuny baik maka dia juga akan baik.

Ilmu yang baik itu jelas, jelas dengan akhirnya kebaikan, dan begitupul sebaliknya. Ilmu yang tidak baik, dampaknya juga jelas akan membawa ketidak baikan bagi kita. Misalnich mencontek, jika input kita tentang mencontek mengajarkan bahwa mencontek itu baik dan bermanfaat maka kita akan melakukan mencontek walaupun kita juga sadar bahwa mencontek itu bertentangan dengan hati nurani kita. namun sebaliknya jika kita mendapatkan input bahwa mencontek itu merugikan, maka kita tidak akan mencontek. Jadi yang benar itu sebenarnya sdah jelas yaitu membawa kebaikan, sdangkan yang buruk juga jeas membawa keburukan.

Subhanallah.. indahnya islam. Bukankah saat baligh barulah setiap muslim dibebani kewajibannya? Maka tak heran suatu ketika seorang imam syafi’i berdiri mengajar dihadapan murid-murinya sambil ia minum padahal kala itu disiang hari bulan ramadhan. Heran? Semua muridnya terheran-heran. Aha... ternyata sang imam belum baligh.

Kita butuh ilmu buat menjaga kita agar kita berubah nggak asala berubah. Kita berbuat gak asal sikat. Kita bertutur gak cuman ngawur. Kita bekerja tiak asal saja. Maka ilmu itu penting. Kalok semua ada formulanya, maka semua juga harus ada ilmunya.

sampul islam ini akan pudar satu-persatu manakala ummat islam tidak mengenal kejahiliyahan/kebodohan” kata Uma Bin Khatab.

Kalok yang buruk nggak tahu, bisa jadi yang buruk itu kita anggap baik. Atau sebaliknya yang baik justru kita anggap buruk. Jadi ilmu itu penting, ilmu itu ibarat guru yang akan menuntun kita menuju keberhasilan. Yang pasti ilmu itu juga harus ilmu yang benar.

Namun toh demikian, kita sebenarnya sudah diberikan oleh ALLAH SWT sebuah alat pendeteksi yang luar biasa yaitu hati kita. maka tak salah jika hati kita bersih, suci maka apapun yang akan kita lakukan pasti hatikita tidak akan menolaknya. Namun celakalah jika hati udah tertutup. Na’uzubillah..

Agar lebh mudah gini contohnya. Saat pertama kali nyontek, apa yang anda rasakan? 100% Pasti akan menjawab bahwa perasaannya pasti nggak enak, berdebar, takut ketahuan, keluar keringat dingin, bahkan seperti mandi keringat. Kenapa? Masih ingatkan bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan fitrah? Masih suci dari segala noda dan dosa? Rasulullah juga pernah bersabda bahwa orangtualah yang akan membentuk anaknya menjadi yahudi, nasrani, majusi maupun islam.

Dari pengalaman kita tadi dapat kita pahami bahwa berdebar dan takutnya saat mencontek dikarenakan dalam hati kita sebenarnya menolak untuk berbuat demikian. Namun karena dipaksa akhirnya timbullah satu noda. Berulang dilakukan kahirnya noda-noda itu menjadi kerak yang menutupi hai kita. bukankah hati seperti cermin dan dosa seperti noda? Kaca hati kita sudah tidak bekerja dengan baik. Hingga akhirnya sekarang kita mencontek dengan enjoy, bahkan kalau dulu harus pakai catatan kecil, sekarang justru buku yang kita bawa. Masyaallah...

Seorang bijak pernah berkata “jangan benarkan yang biasa, tetapi biasakanlah yang benar”. Sungguh bijak benar orang itu. Dan kenyataannya sekarang kita lebih suka membenarkan yang biasa dan tidak membiasakan yang benar. Sudah tahu menyontek itu dilarang, eh malah tetap ikut-ikutan nyontek. Sudah tahu zina mata itu haram, eh masih tetep saja melihat aurat, film XXX. Sudah tahu wala takrabuzzina.. masih saja berduaan dibawah pohon dengan yang bukan mukhrimnya. Kenapa? Karena itu semua sudah menjadi habit/kebiasaan, hati kita sudah tertutup untuk menerima kebaikan. Padahal kita tahu kalau itu tidak baik, namun tetap saja dilakukan. Nak itulah kerja setan, menggiring manusia kedalam kesesatan.

Masih ingat awalnya jatuh cinta? Pasti hti berdebar tak karuan. Alasannya masih sama karena hati kita di desain untuk mencintai kebenaran sedangkan saat kita berdebar sebenarnya ada penolakan. Kalau boleh diibaratkan manusia hati akan berbicara “jangan lakukan itu.. itu dosa...” dan jika kita kuat maka tak akan terjadi yang namanya zina, namun jika kita hiraukan.. wassalam... na’uzubillah..

Sekali lagi ilmu itu penting. Ketik kita sudah tahu ilmunya, tugas kita selanjutnya adalah mengamalkannya. Menerapkan dalam diri kita. masih ragu? Ragu itu miliknya setan. Kalau bekerja dengan ragu2, mau pacaran ragu2, lebih baik dijauhi berarti disana ada gangguan setan.

Aidh Al-Qarni mengidentifikasi bahwa saat ini ada 2 penyakit berbahaya yang bergejolak dalam diri seorang pemuda islam yaeitu penyakit syahwat dan penyakit subhat. Kedua penyakit ini berbahaya karena syahwat dekat dengan kehinaan, walaupun nikmat tetapi nikmatnya hanya sesaat. Syubhat yaitu penyakit yang menghalalkan barang yang masih meragukan, padahal Rasulullah menyarankan untuk meningalkan hal2 yang meragukan. Karena keraguan adalah sifatnya setan.

Kedua penyakit ini harus diobati dengan ilmu. Tanpa ilmu, kedua penyakit tadi akan tetap menghiggap. Kenapa? Karena kedua penyakit itu disebabkan karena kejahiliyahan atau kebodohan dari si pelaku.

So, kalau ingin selamat harus update ilmu, upgrade pengetahuan dan tambah amalan. Ilmu bertambah, amal juga harus semakin lebih baik. Jangan sampai ilmu bertambah, tetapi amalan sama saja ataubahkan lebih buruk. Sungguh Allah SWT tidak suka dengan orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan sebagai mana dalam QS As-Shaff ayat 3 Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

Sekali lagi bahwa ilmu itu penting. Seorang bijak pernah mengibaratkan orang mencari ilmu jangan pernah merasa cukup. Orang yang merasa cukup dengn ilmu laksana buah yang masak, karena buah yang masak tinggal nunggu busuknya. Orang yang menganggap dirinya sangat pandai, merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya saat ini, maka tunggulah kehancurannya.

"Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9).

Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah berjanji akan meniggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah juga sering menyinggung dalam ayat-ayatnya dengan perkataan “apakah kalian tidak berpikir?”. Ungkapan sindiran bagi orang-orang yang tidak mau mengikuti petunjuk Allah SWT. Sungguh sudah jelas bahwa apa yang Allah SWT larang Pastilah disana ada keerugian yang besar, sedangkan apa yang Allah SWT perintahkan terdapat kemanfaatan yang besar.

Bukan hal yang asing lagi bahwa air yang disugesti dengan kata-kata yang baik saat diteliti akan menghasilkan bentuk yang baik, berbeda dengan air yang disugesti dengan kata-kata yang negatif, hasilnya kristal yang buruk. Rasulullah SAW mengajarkan kepada setiap pengikutnya untuk senantiasa berdo’a sebelum minum. Tanpa ragu orang-orang yang berimanpun mengikutinya, padahal mereka belum tahu manfaat dari minum dengan diawali dari do’a. Ini membuktikan bahwa setiap perintah dalam Islam pastilah ada kemanfaatan disana, dan segala larangan pasti ada keburukan disana.

Begitu juga dengan sholat yang mampu melancarkan peredaran tubuh dan menyehatkan. Begitu juga dengan minum sambil duduk yang mampu memaksimalkan penyaring yang ada di rongga untuk menyaring sebelum akhirnya air di proses dalam lambung.

Subhnallah.. yakinlah bahwa ilmu ALLAH SWT itu PASTI baik. Apa yang Allah perintahkan PASTI baik untuk kita. tidak hanya bahagia di dunia, namun di akhirat juga bisa meraih surga. Alangah bahagiana kita. “dunia bahagia, akhirat surga”.

Ilmu sebagai terapi bagi kita untuk mengubah paradigma.sudut pandang kita terhadap segala sesuatu yang ada disekitar kita. saat anda menganggap bahwa tidak sholat itu biasa saja, akan berbeda saat anda tahu bahwa shalat dzuhur berjama’an akan ditempuh sekalipun dengan merangkak. Ilmulah yang membedakan segala apa yang kita lakukan. Yang pasti ilmu yang diamalkan, bukan hanya ilmu sebagai hiasan. Sudah tahu tidak boleh, malah sengaja dilanggar. Astaghfirullah...

Jika anda sudah memuuskan untuk melakukan perubahan, maka mulailah dari apa yang anda tahu. Mulailah mencari tahu. Dan lakukanlah apa yang sudah anda yakini kebenarannya. Atau ragu? Tinggalkan saja.

Jangan asal berubah

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya."(QS. Al-Isra/17 : 36)

Tuh.. bagi yg sekarang hobinya ngikut-ngikut aja, segera dech refleksi dulu. Bisa jadi kita ngikutnya cuman sekedar ngikut, tanpa tahu dasar dan ilmunya. Iya kalau yang kita ikuti itu baik, namun kalo jelek? Celaka kita.

Ingat kawan, hidup di dunia hanya sementara, jangan terlena olehnya. Foya-foya? Bisa tapi akibatnya sungguh bikin tersiksa maka jangan coba-coba.

Ingat kawan, pendengaran, mata dan hati kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT. Dan sungguh pendengaran, mata dan hati kita takkan berbohong barang sedikitpun kelak di akhirat. Manusia masih bisa kita bohongi, tetapi ALLAH SWT? ALLAH SWT maha tahu segala-galanya. ALLAH Maha kuasa atas segala makhluknya.

ALLAH SWT memerintahkan kita untuk tidak mengikuti apa yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentang sesuatu itu. Maka kunci utama dalam berbuat adalah ilmu. Bukankah Orang berilmu yg tidur lebih ditakuti daripada orang bodoh yang mengerjakan sholat? Dan sungguh ALLAH SWT akan meningikan derajat orang-orang yang berilmu. Maka berubahlah men jadi pencari ilmu, pengamal ilmu dan pendakwah ilmu.

Pencari ilmu

Ulama’ zaman dahulu sangat besar cintanya dengan ilmu karena mereka sadar bahwa hanya dengan ilmulah mereka dapat mulia disisi ALLAH SWT. Dan sungguh semuanya butuh ilmu dan semua ada ilmunya.

Untuk mengenal ALLAH SWT kita butuh ilmu, tanpa ilmu bisa jadi kita menjadi syirik. Pohon, matahari, bulan bisajadi dianggap tuhan jika kita tidak berilmu. Padahal pohon, matahari, bulan atau sesembahan lainnya itu adalah sebagian dari ciptaan ALLAH SWT.

ALLAH SWT itu seperti apa? Rasulullah menasihati jika kita ingin tahu seperti apa ALLAH SWT maka jangan pikirkan wujudnya seerti apa karena manusia pengetahuannya terbatas. Jika kita ingin tahu ALLAH SWT maka liahatlah dari apa yang ALLAH SWT ciptakan. Lihatlah bulan, bagaimana ALLAH SWT menciptakannya? Lihat struktur tubuh manusia, baaimana ruh dan jasad, sistem pencernaan, sistem aliran darah? Semua dirancang oleh ALLAH SWT sedemikian rupa. Subhanalah.. ALAHUAKBAR... sungguh ALLAH SWT Maha besar, Maha kuasa atas makhlukNya.

Tahu imam bukhari? beliau rela berjalan berratus-ratus kilo meter hanya karena ingin mendapatkan ilmu. Salman al-farizi rela berkelana sendiri hanya karena ingin bertemu dengan sumber ilmu yaitu Rasulullah SAW.

Maka jadilah pencari ilmu. Dan jangan merasa memiliki banyak ilmu. Ibarat buah, buah kalau sudah masak maka tinggal nunggu busuknya. Begitu juga manusia. Jika ia sudah merasa cukup dengan ilmu yg dia miliki maka tinggal nunggu celakanya. Bukankah ALLAH SWT sudah memperingatkan kita, jangan sampai kita seperti orang kafir yg tidak ngefek ketika diberi peringatan atau tidak.

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah menguncimati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS. Al-Baqarah/2 : 6-7)

Na’uzubillah.. semoga ALLAH SWT menjauhkan kita dari orang-orang kafir. Maka jangan segan untuk duduk dihadapan ulama’ kiyai atau Ustad untukmeminta ilmu. Dan jangan merasa pinter sendiri hingga tidak mau diingatkan saat kita berbelok.

Pengamal ilmu

Jangan ada waktu yang kita gunakan kecuali disana ada proses mengamalkan ilmu yang kita miliki. Bukankah ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah? Jika ingin buah maka amalkanlah ilmu.

Perlu diingat bahwa ilmu harus diamalkan pertamakali kepada diri kita sendiri. ALLAH SWT sudah memperingatkan ku anfusahum “serulah dirimu...” pengamalan ilmu hars pertamakali kita amalkan pada diri kita.

Seorang ulama pernah suatuketika dimintai untuk berceramah tentang suatu hal, namun beliau menolaknya. Kenapa? Setelah dianya ternyata sang ulama ingin menerapkan dulu apa yang akan dieramahkan. Subhanallah...

Jika sekarang kita sudah punya ilmu, tugas besar kita adalah mengamalkannya. Amalkan dari yang sedikit demi sedikit. Jangan ada detik berlalu tanpa ada pengaplikasian ilmu. Sehingga jangan ada hal yang kita lakukan melainkan kalaupun kita mati saat itu adalah surga ganjarannya.

Menjadilah pengamal ilmu. Ingat, biasakan yang benar dan jangan membenarkan yang biasa karena yang biasa belum tentu benar. Berpikirlah duakali sebelum mengambil langkah karena bisa jadi apa yang kita lakukan akan membawa kebinasaan.

Jangan ragu untuk berubah dari seorang pengenal ilmu menjai pengamal ilmu. Kita tahu bahwa sesuatu itu buruk dan harus ditnggalkan, namun kenapa masih mau dilakukan? Sungguh luarbiasa ALLAH SWT senantiasa mengingatkan kita bahwa orang yang berakalsajalah yang beriman.

Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” Qs. Al-Baqrah : 197.

Berbekalah! Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa. Beruntunglah orang-orang yang bertaqwa dan sungguh hanya orang-orang yang berilmu sajalah yang bertaqwa. Ilmu yang diamalkan tentunya.

Maka dari itu, mari awali sejak dini untuk menjadi pencari ilmu dan pengamal ilmu. Jangan ragu untuk beramal. Sekecil apapun pasti akan ada balasan bagi kita semua. Jangan aa ragu lagi bahwa ALLAH SWT maha melihat, maha mengetahui segala apa yang kita lakukan. Segala isi hati ALLAH SWT tahu. Dan sungguh ALAH SWT adalah yang maha adil. Apapun yang kita lakukan akan dibalas setimpal dan tidak mungkin dikurangi.

Beruntunglah orang-orang yang mau mengamalkan ilmunya dan semoga kita termasuk hamba yang gemar mengamalkan ilmu. Dalam Al-Qur’an disinggung tentang bani israil yang mereka diibaratkan seperti keledai yang membawa kitab di unggung mereka. Perumpamaan itu diberikan kepada bani israil karena mereka punya ilmu, tahu bahwa menyekutukan ALLAH SWT adalah kekeliruan besar, namun sayang mereka berbelok dan menyekutukan ALLAH SWT. Semoga kita terhindar dari hal-hal sedemikian.

Yang jelas tidak ada ruginya jikalau kita mampu mengamalkan apa yang kita ketahui. Dan alangkah rugi jikalau ilmu hanya disimpan dalam ingatan.. bukankah air yang mengalir akan banyak memberikan manfaat daripada air yan diam?

Pendakwah Ilmu

Mencari dan mengamalkan saja tidak cukup, kita harus menjadi pendakwh ilmu. Kenapa? Karena dengan berdakwah, kita akan mendapatkan banyak keuntungan.

Berdakwah adalah cara cerdas mempercepat limpahan rahmat ALLAH SWT. Sudah jelas barang siapa yang mengajak dalam kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti yang mengamalkan tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan. Luarbiasa bukan?

Maka dengan berdakwah pahala kita akan berlipat ganda. Bayangkan jika kita bekerja sendiri, mungkin kita dapat 20 Juta, namun jika kita mampu mengajak saudara kita bekerja seperti kita misal gajinya teman kita 15 juta, maka pahala kita akan semakin banyak dan berlipat-lipat. Gak cuman 20 juta tetapi menjadi 35 Juta. Subhanallah...

Dalam berdo’a, misalnya kita butuh 20 pahala sedankan kita cuman punya 10 pahala. Kapan do’a kita terkabul? Maka caratermudah adalah menggunakan pahala orang lain. Caranya? Kita harus berdakwah, mengajak oranglain untuk berbuat kebaikan.

Dalam al-qur’an juga banyak perintah tentang dakwah yang ada dasarnya mengajak untuk bertauhid, mengajak pada yang ma’ruf dan mencegak dari yang munkar.

Namun perlu diingat, jadilah pendakwah ilmu yang benar, jangan menjadi pendakwah keburukan. Dan segala tingkah laku perbutan kita sebenarnya adalah dakwah kita. Maka merugilah jikalau perilaku kita buruk kepada orang lain dan perilaku kita ditiru oleh orang lain. Secara tidak langsung, kita telah mendakwahkan keburukan. Maka berhati-hatilah dalam melangkah. Seiap gerakn adalah dakwah. Pertanyaannya, apakah yang kita lakukan itu ALLAH SWT ridhoi? Kembalinya pada ilmu, cari ilmu, amalkan ilmu dan dakwahkan ilmu.

Jangan ada waktu berganti tanpa ada di benak kita untuk mengajak pada diri kita dan juga oranglain kedalam ketaatan kepada ALLAH SWT. Bukankah setiap insan adalah saudara kita? Apakah kita rea jika saudara kita sengsara sedangkan kita mendapatkan surga?

Maka semangat berdakwah harus terus kita kobarkan. Kita amalkan dan kita terapkan dalam kehidupan kita. Kalau bukan kita siapa lagi?, kalau tidak sekarag kapan lagi?

"Lisanul haal afshahu min lisanil maqaal", Perbuatan lebih tajam dampaknya dari pada perkataan.

Posting Komentar untuk "Ilmu sebagai terapi"