MERANCANG PROGRAM PELATIHAN DAN PENGAMBANGAN PERSONIL
MERANCANG PROGRAM PELATIHAN DAN PENGAMBANGAN PERSONIL
Oleh : Derit Vikiyono dan Zen Ahmad Yusuf
I.
PENDAHULUAN
Pengembangan suatu sistem pendidikan dan pelatihan
terpadu dalam upaya pengembangan sumber
daya manusia umumnya dan pembangunan ketenagakerjaan, khususnya memang
merupakan suatu keharusan dan kebutuhan. Dengan adanya pelatihan dan pengembangan itu diharapkan perusahaan atau
organisasi kita dapat berjalan lebih baik dan terarah. Selain itu, persaingan yang semakin ketat, kebutuhan akan SDM yang
berkualitas, dan tuntutan konsumen untuk memberikan output yang berkualitas
merupakan alasan lain mengapa pelatihan dan pengembangan ini penting.
Selain itu, pelatihan karyawan dewasa ini menjadi sangat penting
dikarenakan beberapa alasan. Pelatihan dapat mengurangi jumlah waktu belajar
yang diperlukan karyawan untnuk
mencapai suatu tingkat atau standar yang telah ditetapkan pada suatu pekerjaan
tertentu. Pelatihan bermanfaat bagi karyawan
secara individual karena memungkinkan mereka memperoleh tambahan pengetahuan
dan ketrampilan dan bahkan mungkin dapat membentuk sikap positif karyawan yang
bermanfaat bagi organisasi. Bagi organisasi secara keseluruhan, pelatihan
memberi peluang yang lebih baik bagi suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
akan tenaga kerja, baik dari segi jumlah maupun mutunya. Pelatihan karyawan,
seperti halnya penempatan karyawan, harus dipandang sebagai suatu proses, bukan
sebagai kejadian sesaat (short affair). Pada umumnya dalam seluruh masa
kerjanya, karyawan akan dilatih dan dilatih kembali berkali-kali dari waktu ke
waktu.
Merancang program pelatihan dan pengembangan
personil ini dapat dilakukan oleh setiap instansi umum (biasanya bagian HRD)
atau bekerjasama dengan instansi khusus yang bergerak dalam bidang pelatihan
dan pengambangan personil. Keduanya dapat dilakukan untuk meningkatkan
produktifitas karyawan secara teratur, terarah dan terprogram.
Dalam beberapa perusahaan kita mengenal adanya masa orientasi kerja yang
ini untuk lama waktunya tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan.
Adapaun tujuan dari masa orientasi
adalah untuk membantu karyawan baru
menyesuaikan diri di tempat kerja mereka dan untuk
menilai kinerja mereka.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari masa orientasi yang
dilaksanakan dengan baik yaitu :
1.
Mengurangi tingkat kegelisahan
karyawan
2.
Mendorong sikap positif terhadap
organisasi
3.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tidak tertangani pada saat perekrutan
4.
Memperkuat dan menetapkan ekspektasi
kerja yang realistis
5.
Dapat menilai kinerja karyawan
Kemudian untuk pelatihan di tempat kerja, baik karyawan baru ataupun
karyawan lama memiliki tujuan untuk memastikan adanya kesesuaian antara
persyaratan yang dituntut oleh suatu pekerjaan dengan ketrampilan serta
kompetensi karyawan.
Adapun beberapa Sasaran utama orientasi di tempat kerja adalah untuk :
1.
Membuat karyawan baru merasa
diterima dan nyaman
2.
Menciptakan persepsi positif
terhadap organisasi
3.
Mengkomunikasikan prosedur dasar organisasi
kepada karyawan baru
4.
Membentuk dasar untuk pelatihan
berkelanjutan
5.
Mengkonfirmasikan keputusan karyawan
untuk bergabung dengan organisasi
6.
Memulai proses pengintegrasian
karyawan baru ke dalam angkatan kerja organisasi
Uraian diatas meruakan alasan mengapa program pelatihan dan pengembangan
sumberdaya manusia itu penting. Selain itu dari contoh pelatihan dan
pengembangan yang berupa masa orientasi ternyata dapat menyelesaikan beberapa
persoalan. Jadi merancang program pelatihan dan pengembangan personil itu
penting. Dalam makalah ini akan dibahas yaitu mengenai 1)Pengertian pelatihan
dan pengembangan, 2)prinsip-prinsip pelatihan dan pengembangan personil, 3)metode
pelatihan dan pengembangan karyawan, 4)system dan efektifitas dalam pelatihan
dan pengembangan personil.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelatihan dan
Pengembangan
Penggunaan
istilah pelatihan (training) dan
pengembangan (development)
dikemukakan oleh beberapa para ahli. Pendapat-pendapatnya dapat diketahui
sebagai berikut :
1. Dale Yoder menggunakan istilah
pelatihan untuk pegawai pelaksana dan pengawas, sedangkan istilah pengembangan
ditujukan untuk pegawai tingkat manajemen. Istilah yang dikemukakan oleh Dale
Yoder adalah rank and file raining, supervisor training, dan management
development.
2. Edwin B. Flippo menggunakan istilah
pelatihan untuk pegawai pelaksana dan pengembangan ntuk tingkat pimpinan.
Istilah-istilah yang dikemukakan olehnya adalah training operative personnel dan excecutive development.
Adapun untuk tujuan umum dari latihan dan pengembangan adalah :
1.
Meningkatkan produktivitas
kerja. Training data meningkatkan performance
kerja pada posisi jabatannya yang sekarang. Kalau level of performancenya naik/meningkat maa berakibat peningkatan
dari produktivitas dan peningkatan keuntungan perusahaan.
2.
Meningkatkan mutu
kerja. Ini berarti peningkatan baik kuantitas maupun kualitas. Tenaga
kerja yang berpengetahuan jelas akan lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat
kesalahan dalam operasionalnya.
3.
Meningkatkan ketepatan dalam human resources planning. Training
yang baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan di masa yang akan
dating. Apabila ada lowongan-lowongan maka secara mudah akan diisi oleh
tenaga-tenaga dari dalam perusahaan sendiri.
4.
Meningkatkan moral kerja. Apabila
perusahaan menyelenggarakan program training yang tepat maka iklim dan suasana
organisasi pada umumnya akan menjadi lebih baik. Dengan iklim kerja yang sehat
maka moral kerja (semangat kerja) juga akan meningkat.
5.
Menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja. Suatu training yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. Selain daripada itu lingkungan kerja akan
menjadi lebih aman dan tenteram.
6.
Menunjang pertumbuhan pribadi (personal
growth). Ini dimaksudkan bahwa program training yang tepat sebenarnya
memberi keuntungan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu
sendiri. Bagi tenaga kerja, jelas dengan mengikuti program training akan lebih
mematangkan dalam bidang kepribadian, intelektual, dan ketrampilannya.
B. Prinsip-Prinsip Pelatihan dan Pengembangan Personil
Agar tujuan latihan dapat tercapai, hendaknya pelaksanaan latihan didasarkan pada prinsip-prinsip menurut Yoder dalam Wursanto (2001:61-63) yaitu: individuals differences, relation to the job analysis, motivation, active participation, selection of trainees, selection of trainers, trainer training method, and principles of learning. Lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Individual Differences
Dalam merencanakan dan melaksanakan latihan dan
pendidikan harus tetap
diingat, bahwa baik dalam latar belakang pendidikan pengalaman,
maupun motivasi peserta sangat bervariasi. Oleh sebab itu baik waktu, sifat dan
metode latihan
perlu dipertimbangkan baik
dalam
merencanakan maupun melaksanakannya. Dengan demikian latihan dan pendidikan yang diberikan akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
2.
Relation to the Job Analysis
Lembaga yang akan melaksanakan latihan dan pendidikan bagi pegawainya juga harus
memperhatikan
analisis jabatan
dari lembaganya. Berdasarkan analisis jabtan inilah ditentukan jenis latihan yang diberikan kepada para pegawai. Dengan demikian materi latihan dan
pendidikan yang diberikan akan
disesuaikan
dengan analisis tersebut.
Hal
ini merupakan sesuatu yang
sangat penting,
karena
bila tanpa
ada
relevansi
program dengan analisis jabatan latihan dan pendidikan yang diberikan akan sia-sia.
3.
Motivation
Latihan
dan pendidikan yang diberikan harus dapat memberikan motivasi pada pesertanya.
Tanpa motivasi peserta akan kurang berpartisipasi atau tidak sungguh-sungguh dalam mengikutinya. Sehubungan dengan hal
ini
maka metode mengajar yang digunakan harus bervariasi, media yang dipergunakan dipilih yang menarik, serta kesesuaian materi dengan
kebutuhan. Semua
ini akan memberikan
motivasi peserta untuk aktif mengikuti latihan dan pendidikan yang diberikan.
4.
Active Participation
Selama latihan dan pendidikan berlangsung para peserta harus aktif mengambil bagian
dalam
setiap kegiatan. Dalam hal ini melalui latihan dan pendidikan harus dapat
memberikan kesempatan untuk saling menyampaikan
pendapatnya antara peserta dengan pelatih. Dalam
hal
metode penyampaian yang hanya menggunakan ceramah saja akan
membosankan peserta untuk aktif mengikutinya.
5. Selection of Trainees
Seleksi dalam menentukan pengelompokkan peserta, hal ini diperlukan mengingat adanya
perbedaan peserta
baik dalam
hal
latar belakang pendidikan, pengalaman, maupun keinginannya. Disamping itu seleksi juga dapat menjadi motivasi peserta untuk mengikutinya. Hal ini
didasarkan pertimbangan, bahwa pada umumnya individu menganggap bahwa
adanya seleksi
memberikan kesan hanya
orang-orang yang mampu sajalah
yang dapat mengikuti latihan dan pendidikan.
6.
Selection of Trainers
Seleksi
untuk menetapkan individu yang akan memberikan materi pelatihan sangat
perlu dilakukan, mengingat
tidak srtiap individu
dapat menjadi pengajar yang
baik. Oleh sebab
itu pengajar yang
akan menyampaikan materi pelatihan harus dipilih individu yang mempunyai
kualifikasi sebagai pengajar yang baik. Dalam hal ini diperlukan tenaga
pengajar yang telah terdidik, serta mempunyai minat dan kesanggupan untuk
mengajar. Keefektifan suatu latihan dan pendidikan akan banyak tergantung pada
kemampuan dan kesanggupan tenaga pengajarnya.
7. Trainer Training
Di
samping seleksi tenaga pengajar atau pelatih, juga para pengajar tersebut sudah harus mendapat pendidikan khusus sebagai pengajar. Sekali
lagi hal ini didasarkan pertimbangan bahwa tidak semua orang yang mampu dalam bidang tertentu dapat mengajarkan kepandaiannya kepada orang lain.
8.
Training Method
Metode
pelatihan yang
akan digunakan untuk menyampaikan materi pelatihan harus dipilih yang cocok dangan jenis latihan dan pendidikan yang diberikan. Dalam hal ini
metode yan diterapkan haruis daopat memberikan
motivasi peserta untuk selalu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.
9.
Principles of Learning
Dalam pelaksanaan latihan dan
pendidikan prinsip-prinsip belajar harus mendapatkan perhatian. Dalam hal ini penyampaian materi pelatihan yang sistematis akan memudahkan peserta
untuk
menerimanya. Pada umumnya
individu akan
mudah menerima
materi
yang diberikan
dari yang mudah menuju ke yang sukar, atau dari yang sudah diketahui menuju ke hal-hal yang belum diketahui.
C. Metode Pelatihan dan
Pengembangan Karyawan
Pelatihan
merupakan proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan dating melalui pengembangan
kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang
layak. Berdasarkan rumusan tersebut, pelatihan merupakan kunci manajemen lini
dan staf. Manajemen lini memiliki tanggung jawab yang sebesar terhadap
penyelanggaraan pelatihan, sedangkan staf membri teknis opersaional untuk
membantu lini dalam melaksankan fungsinya.
Pelatihan
berhubungan dengan efektivitas pekerjaan individu tenaga kerja dan hubungan
antar tenaga kerja yang dikembangkan merupakan program untuk memudahkan
pencapaian tujuan perusahaan. Tujuan pelaksanaan pelatihan adalah agar para
manajer mendapat pengetahuan tentang sikap dan kelakuan tenaga kerja yang
diperlukan agar kondisi perusahaan efektif. Selain tujuan yang ingin dicapai
agar pelaksanaan pelatihan dalam ilmu pengetahuan, perilaku ini berhubungan
erat dengan fungsi pelatihan yang berperan luas dalam pengambangan manajer.
Manajer yang moderen berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang meluas di
luar pekerjaan. Mereka tidak hanya merasa puas dengan perumusan hubungan
antarmanusia. Kecakapannya harus meliputi kemampuan untuk menyatakan secara
umum keterangan riset yang pokok serta melihat, merasa, dan memahami antar
hubungan dari keanekaragaman perwujudan perilaku individu dalam pekerjaan.
Berbagai
metode dapat digunakan dalam program pelatihan. Metode pelatihan yang paling
terkenal dan banyak digunakan, antara lain :
1. Metode On The Job Training
Teknik-teknik on
the
job training merupakan
metode
latihan yang paling banyak digunakan, di mana karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang pelatih yang
berpengalaman (biasanya
karyawan lain). Berbagia macam teknik ini yang
biasa
digunakan dalam praktik, dijelaskan oleh Hani Handoko (2000:112-116) sebagai berikut : (1) Rotasi Jabatan, pelatihan yang ditujukan
untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan
praktik berbagai macam keterampilan manajerial; (2) Instruksi Pekerjaan, pelatihan yang
ditujukan untuk memberikan secara langsung petunjuk pekerjaan, dan digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara
pelaksanaan perkerjaan; (3)
Magang (apprenticeships), merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman. Pelatihan ini
sangat tepat untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tertentu seperti ahli kerajinan; (4) Coaching, pelatihan yang
diberikan oleh penyelia atau atasan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka dalam bentuk bimbingan dan pengarahan; (5) Penugasan Sementara, berupa penempatan
karyawan pada posisi manajerial atau
sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan, di
mana karyawan terlibat dalam pengambilan
keputusan
dan pemecahan masalah-masalah organisasional secara nyata;
(6) Sistem
Penilaian Pekerjaan, merupakan penilaian yang diberikan kepada karyawan setelah menyelesaikan suatu tugas atau
pekerjaan, yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dari
diri
karyawan yang bersangkutan.
2. Metode Vestibule atau balai
Vestibule
adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang disunakan untuk tempat
pelatihan bagi pegawai baru yang akan menduduki suatu pekerjaan. Metode ini
merupakan metode pelatihan yang sangat cocok untuk banyak peserta (pegawai
baru) yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama.
Pelaksanaan metode ini biasanya dilakukan dalam waktu beberapa hari sampai
beberapa bulan dengan pengawasan instruktur, misalnya pelatihan pekerjaan,
pengetikan klerek, operator mesin.
3. Metode Demonstrasi dan Contoh
Suatu
demonstrasi menunjukkan dan merencanakan bagaimana suatu pekerjaan atau
bagaimana sesuatu itu dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan
memeragakan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer
dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melaui suatu tahap
perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai mengerjakan pekerjaan yang
ia kerjakan. Metode ini sangat efektif, kaena lebih mudah menunjukkan kepada
peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat Bantu
belajar seperti : gambar-gambar, teks materi, ceramah, diskusi.
4. Metode Simulasi
Metode ini
merupakan suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau imitasi
dari realitas. Simulasi ini merupakan pelengkap sebagai tehnik duplikat yang
mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. Metode simulasi yang popular adalah
permainan bisnis (bussiness games).
Metode ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal, tetapi sangat
bermanfaat dan diperlukan dalam pelatihan.
5. Metode Apprenticeship
Metode ini adalah
suatu cara mengembangkan ketrampilan (skill)
pengrajin atau pertukangan. Metode ini tidak mempunyai standar format. Pegawai
peserta mendapatkan bimbingan umum dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
6. Metode Ruang Kelas
Metode ini
merupakan metode training yang dilakukan di dalam kelas walaupun dapat
dilakukan di area pekerjaan. Metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi,
studi kasus, bermain peran dan pengajaran berprogram (programmed instruction).
Proses
pengembangan terdiri atas tindakan memutuskan kompetensi, ketrampilan atau
pengetahuan yang perlu dikembangkan, dan bagaimana mencapainya. Sebagaimana
dengan kebanyakan keputusan maajerial, seorang manajer harus mengambil
keputusan ini berdasarkan sumber daya dan kesempatan yang tersedia. Tidak ada
gunanya merencanakan program pengembangan besar-besaran jika sumber dayanya
habis ditengah jalan. Tidak ada gunanya mengirim seorang anggota tim untuk
mengikuti kursus pelatihan berbiaya mahal jika ia tidak diberi kesempatan untuk
mempraktekkan ketrampilan yang ia peroleh tersebut setelah kembali bekerja.
Jadi, titik
awalnya adalah mengenali status kompetensi pemegang tugas. Kompetensi mana yang
diperlukan untuk tugas itu? Ketrampilan mana yang dimilki pemegang tugas,
tetapi belum dimanfaatkan? Setelah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
pengembangan tersebut, seorang manajer dapat menyusun suatu rencana
pengembangan. Pastikan bahwa rencana tersebut mencakup tindakan-tindakan SMART
: spesifik (specific), dapat di ukur
(measurable), dapat dicapai (achievable), realistis (realistic), dan terutama tepat waktu (timely). Barangkali sulit merencanakan
pengembangan atau pelatihan untuk waktu yang paling sesuai, tetapi
kegiatan-kegiatan yang terlalu cepat atau terlalu lambat akan kehilangan banyak
nilai.
Berbagai
metode dapat digunakan dalam program pengembangan. Metode pengembangan yang
paling terkenal dan banyak digunakan, antara lain :
- Metode Understudy. Teknik pengembangan understudy serupa dengan metode on the job. Belajar dengan berbuat ditekankan melalui kebiasaan. Pada tehnik understudy tidak melakukan tugas secara penuh, tetapi diberikan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam understudy, peserta diberikan latar belakang masalah dan pengalaman-pengalaman tentang suatu kejadian, kemudian mereka harus menelitinya dan membuat rekomendasi secara tertulis tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan tugas-tugas unit kerja. Motivasi dan minat kerja pada umumnya tinggi apabila digunakan tehnik understudy. Konsep understudy memungkinkan perencanaan pegawai secara sistematis dan terkoordinasi serta dapat digunakan dengan jarak waktu yang lama.
- Metode Job Rotasi dan kemajuan berencana. Job rotasi yang melibatkan perpindahan peserta dari suatu pekerjaan pada pekerjaan lainnya. Kadang-kadang dari suatu penempatan pada penempatan lainnya yang direncanakan atas dasar tujuan belajar. Keuntungan job rotasi adalah antara lain : pegawai peserta mendapatkan gambaran yang luas mengenai berbagai macam jenis pekerjaan, mengembangkan kerjasama antara pegawai, menentukan jenis pekerjaan yang sangat diminati oleh pegawai, mempermudah penyesuaiaan diri dengan lingkungan tempat bekerja, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan penempatan kerja yang sesuai dengan potensi pegawai.
- Metode Coaching-Counseling. Coaching adalah suatu prosedur mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan kepada pegawai bawahan. Peranan job coach adalah memberikan bimbingan kepada pegawai bawahan dalam menerima suatu pekerjaan atau tugas dari atasannya. Counseling merupakan pemberian bantuan kepada pegawai agar dapat menerima diri, memahami diri dan merealisasikan diri, sehingga potensinya dapat berkembang secara optimal dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan penyuluhan pegawai, diharapkan aspirasinya dapat berkembang dengan baik dan pegawai yang bersangkutan mampu mencapai kepuasan kerja. Lain halnya dengan fungsi pelatihan, arti pentingnya pengembangan manajer baru disadari dan diterima secara luas dewasa ini. Alasan mengapa pengembangan sangat penting adalah sama dengan alas an mengapa pelatihan penting. Jika kita berpendapat bahwa training dan re-training adalah suatu proses terus menerus yang tiada akhirnya, maka kita juga harus menerima pendapat pengembangan manajer yang terus menerus; dimana setiap manajer berkembang melalui serangkaian posisi atau jabatan operasional.
Pengembangan
bukanlah sekedar pelatihan. Banyak kesempatan untuk menjalankan pengembangan
muncul dari pekerjaan itu sendiri. Lihatlah apa yang dapat ditawarkan pekerjaan
tersebut sebelum berinvestasi dalam alternative-alternatif lain yang mahal dan
menyita waktu. Kesempatan-kesempatan ditempat kerja ini dapat terlewatkan atau
diabaikan begitu saja hanya karena mengutamakan penyelesaian pekerjaan
tersebut. Mendatangi tempat kerja adalah cara yang sangat baik untuk
mempelajari persoalan-persoalan yang ada. Jawaban yang paling sederhana dari
pertanyaan mengapa pelatihan dan pengembangan tenaga kerja harus dikembangkan
adalah jika perusahaan tidak mengembangkannya, maka perusahaan akan kehilangan
karyawannya.
Organisasi
yang tidak memberi harapan bagi orang-orang yang mempunyai
keterampilan-kemungkinan hanya akan memiliki staf yang tidak terampilan dan
tidak dapat diandalkan. Dalam kata-kata yang lebih positif, manusia yang
berkembang adalah sumber yang lebih berharga. Manajer akan memperoleh lebih
banyak dari mereka sebagai ganti uang yang perusahaan keluarkan. Pengembangan
staf yang ada pun jauh lebih murah daripada merekrut dan mendidik
karyawan-karyawan baru. Berinvestasi dalam orang dan pengembangannya akan
mengurangi biaya operasi organisasi dan menghasilkan kepuasan pelanggan yang
lebih besar.
Keputusan
yang benar-benar sulit adalah menentukan berapa biaya investasi untuk
mengembangkan orang-orang. Makin besar investasi, makin leluasa perusahaan
dalam mempekerjakan seseorang, dan mereka makin tertarik memasuki persaingan.
Setiap organisasi harus menentukan pilihan antara berinvestasi dalam manusia
dan risiko kehilangan investasi tersebut.
Dari sudut
pandang langsung perusahaan, pengembangan seseorang di tempat kerja dapat
membantunya untuk secara lebih kopeten melakukan pekerjaannya. Ini akan makin
meningkatkan produktivitasnya sendiri dan produktivitas oragnisasi tersebut.
Tanggung jawab untuk mewujudkan pengembangan manusia ini dapat dipandang
sebagai suatu yang sangat mirip dengan peran orangtua. Beberapa manajer sangat
bersikap mengajari dan keras. Manajer lain bersikap lebih membantu dan
mendorong orang untuk mencari jalannya sendiri dan menilai perkembangannya
sendiri.
D. Sistem dan efektifitas dalam Pelatihan & Pengembangan
Untuk setiap
Pelatihan & pengembangan akan dijumpai komponen-komponen
sebagai berikut :
- Sasaran training/pengembangan. Setiap training harus mempunyai sasaran yang jelas yang bias diuraikan ke dalam perilaku-perilaku yang dapat diamati dan diukur. Mengapa demikian? Jika sasaran training ini tidak jelas maka akan tidak bisa diketahui efektivitas dari training itu sendiri sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
- Pelatih/trainer. Tugas pelatih adalah mengajarkan bahan-bahan latihan dengan metode-metode tertentu sehingga peserta akan memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diperlukan sesuai dengan sasaran yang diinginkan oleh perusahaan.
- Bahan-bahan latihan. Berdasarkan sasaran training barulah disusun untuk menentukan bahan-bahan latihan yang relevan. Kalau bahan ini tidak relevan jelas sasaran training juga tidak akan tercapai.
- Metode-metode latihan (termasuk alat bantu). Setelah bahan latihan ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun metode latihan yang tepat. Apabila metode latihan itu kurang tepat maka sasaran latihan juga tidak bisa didapat. Misalnya : kalau sasaran latihan adalah kecakapan dalam bidang penjualan, sedangkan metode latihannya adalah kuliah dan diskusi tanpa latihan-latihan untuk ketrampilan, maka kemungkinan besar sasaran latihan juga tidak bisa tercapai.
- Trainess (peserta). Peserta adalah komponen yang cukup penting, sebab berhasilnya suatu program latihan tergantung pada trainessnya. Sejauh mana peserta memang memerluka dan merasa mampu untuk mengikuti program latihan merupakan dua hal yang mempengaruhi kadar keberhasilan suatu program pelatihan dan pengembangan.
Menurut
Hamblin dalam Bambang Suyono (1993:10) efektivitas suatu kegiatan dapat dilihat
melalui evaluasi dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini masalah yang berkaitan
dengan evaluasi latihan dan pendidikan adalah mengukur seberapa besar latihan
dan pendidikan yang diberikan telah menambah,
merubah serta meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap para
peserta sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga.
Senada dengan
pendapat tersebut, T.
Hani Handoko (200:119) menjelaskan bahwa implementasi dari
program latihan dan pengembangan karyawan berfungsi sebagai proses
transformasi. Para karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi
karyawan-karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat diberikan tanggung jawab
yang lebih besar. Namun demikian untuk mengukur
keberhasilan program latihan
dan pendidikan, perlu
adanya kegiatan evaluasi secara sistematis. Melalui kegiatan evaluasi
yang sistematis akan dapat diukur efektivitas dari kegiatan latihan dan
pendidikan, bahkan dapat digunakan sebagai bahan penentuan atau pemilihan
metode latihan dan pendidikan yang paling sesuai untuk setiap jenis pekerjaan
atau jenjang mannajemen. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan
evaluasi adalah: (1) menentukan kriteria evaluasi; (2) melakukan tes pendahuluan
(pre test); (3) pelaksanaan pelatihan
dan pendidikan; (4) melakukan tes purna pelatihan (post test); (5) transfer
atau promosi terhadap pekerjaan baru; (6) tindak lanjut. Melalui
langkah-langkah tersebut pada akhirnya akan terukur metode
pelatihan yang sesuai
dan tujuan pelatihan
akan dapat tercapai secara
efektif.
II.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
perancangan progeam pelatihan dan pengembangan SDM banyak komponen yang harus
disiapkan baik dalam tataran teknis maupun dalam tataran konsep yang pada
dasarnya semua itu untuk meningkatkan kemampuan personil, meningkatkan
produktivitas kerja, meningkatkan
mutu kerja, meningkatkan ketepatan dalam human resources planning, meningkatkan
moral kerja, menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja, dan menunjang pertumbuhan pribadi (personal growth).
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan dalam program pelatihan dan
pengambangan yaitu Metode On
The Job Training, Metode Vestibule atau balai, Metode
Demonstrasi dan Contoh, Metode
Simulasi, Metode
Apprenticeship, dan Metode Ruang Kelas
Titik awal dari pelatihan dan pengambangan adalah mengenali status kompetensi
pemegang tugas (personil). Kompetensi
mana yang diperlukan untuk tugas itu? Ketrampilan mana yang dimilki pemegang tugas,
tetapi belum dimanfaatkan? Setelah mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
pengembangan tersebut, seorang manajer dapat menyusun suatu rencana
pengembangan. Pastikan bahwa rencana tersebut mencakup tindakan-tindakan SMART
: spesifik (specific), dapat di ukur
(measurable), dapat dicapai (achievable), realistis (realistic), dan terutama tepat waktu (timely). Barangkali sulit merencanakan
pengembangan atau pelatihan untuk waktu yang paling sesuai, tetapi
kegiatan-kegiatan yang terlalu cepat atau terlalu lambat akan kehilangan banyak
nilai.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
merancang program pelatihan dan pengembangan yaitu 1)individuals differences, 2)relation to the job analysis, 3)motivation, 4)active participation, 5)selection of trainees, 6)selection of trainers, 7)trainer training method, dan 8)principles of
learning.
Terakhir, dalam evaluasi ada 6 aspek yang harus
diperhatikan yaitu : (1) menentukan kriteria evaluasi; (2)
melakukan tes pendahuluan (pre test);
(3) pelaksanaan pelatihan dan pendidikan; (4) melakukan
tes purna pelatihan (post test); (5) transfer atau promosi terhadap
pekerjaan baru; (6) tindak lanjut.
Refersnsi
Yoder, D. 1964. Handbook of Personnel Management and Labour Relation,
New York: Long Man
Hani Handoko, T., 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,
Yogyakarta: BPFE
Bambang Suyono,
1993, Mimbar
Ilmu: Efektivitas Latihan dan Pengembangan
Pegawai, Malang: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengentahuan Sosial.
Posting Komentar untuk "MERANCANG PROGRAM PELATIHAN DAN PENGAMBANGAN PERSONIL"
Terimakasih...