#inilah Ikhlas saja tidak cukup
#Ikhlas saja tidak cukup
Dalam hadits Arba’in (empatpuluh) yang dihimpun oleh imam nawawi, bab
pertama yang beliau bahas adalah bab niat. Kenapa demikian? Banyak ulama
sepakat bahwa bab niat ini adalah bab yang sangat mendasar dalam kita
bertauhid. Salah sedikit saja niat kita dalam beramal maka akan rusak seluruh
amalan kita.
Niat yang benar adalah niat hanya untuk ALLAH SWT. Tidak ada tendensi
apapun ketika kita melakukan sesuatu kecuali hanya untuk ALLAH SWT. Entah itu
dalam kita berpakaian, dalam bergaul, merawat anak, sampai dalam ibadah yang inti
seperti sholat, zakat dsb, semua harus diniyatkan untuk ALLAH SWT saja.
Segala aktifitas apapun harus kita niatkan untuk ALLAH Semata. Mau makan?
Niatkanlah karena ALLAH. Berodo’alah semoiga dengan makanan itu kita bisa
sehat, kuat, dan dapat beribadah lebih baik. Naik kendaraan, niatkanlah hanya
karena ALLAH. Tersenyum?, niatkanlah juga karena ALLAH. Tak jarang kita sering
dalam tersenyum –yang sepertinya masalah ini sepele- kepada saudara kita, namun
saudara kita tidak membalasnya dan hati kiapun sakit. Padahal belum tentu juga
kenapa dia tidak mau membalas senyum kita, mungkin ia tidak tahu atau mungkin
dia sedang tidak mau. Apabila kita mendapati hal semacam ini dan hati kita
sakit, sebenarnya kita perlu mengintrosfeksi niat kita tadi. Sebenarnya niat
kita karena ALLAH atau karena mengharap balasan senyum?
Sakitnya hati kita itu karena kita merasa tidak mendapatkan sesuatu yaitu
balasan dari orang lain. Padahal niat kita tersenyum itukan hanya karena ALLAH
SWT, maka sebenarnya tidak perlu ada rasa sakit hati atau tidak enak karena
tujuan kita adalah ALLAH SWT, kita melakukan hal itu karena mengharap ridho ALLAH.
Jika kita sudah melakukan senyum ya sudah, tak perlu kita risau dibalas atau
tidak dibalas. Karena tujuan kita ALLAH bukan penghargaan dari manusia.
Inilah yang perlu kia sadari dalam hal niat. Selain itu, perlu juga kita
tahu bahwa dalam melakukan segala aktivitas ini, niat saja tidak cukup. Kita
butuh ilmu. Niat yang baik tanpa ilmu bisa rusak, begitu juga sebaliknya. Ada
sebuah kisah ilustrasi menarik tentang seorang pengembara dan beruang.
Suatu hari seorang pengembara melakukan perjalanan kesuatu tempat yang
sangat jauh. Namun ditengah perjalanan ia tersesat di hutan. Karena waktu malam
tiba, maka sang pengembara memutuskan untuk berteduh dan beristirahat dibawah
pohon. Digelarlah alas untuk tidur. Dan iapun membaringkan badannya.
Namun tak lama kemudian, ia mendengar sayup-sayup suara rintihan. Ia
penasaran. Suara itu tetap ada. Akhirnya iapun berusaha mendatangi suara itu.
Suara itu terdengar semakin dekat. Dan ternyata dilihatnya ada seekor beruang
yang sedang terjepit. Akhirnya sang pengembarapun berusaha untuk melepaskan
bambu yang menjepitnya. Ternyata bambu itu terlalu kuat, lalu diambillah senjata
si pengembara dan dipun akhirnya berhasil memotong bambu itu. Si beruang pun
bebas.
Untuk membalas jasa kebaikan sang pengembara, maka si beruangun dengan
bahasanya berjanji untuk tunduk, melindungi dan berbkti kepada si pengembara.
Akhirnya pengembarapun mengiyakan permintaan si berung.
Malam mulai larut dan pengembara tidur dengan dijaga oleh seekor beruang
disampingnya hingga matahari terbit. Akhirnya merekapun mengarungiperjalanan
yang jauh itu bersama-sama.
Beberapa hari kemudian, ketika sang pengembara mau tidur ia diganggu lalat.
Lalat itu membuat si pngembara tidak bisa idur. Melihat sang majikan kebingugn
dantidak nyaman, akhirnya si beruangpun juga ikut kebingungan. Akhirnya keika
sang pengembara berbaring dengan memejamkan mata, si beruang mengambil batu
besar untuk membunuh lalat. Ketika itu lalat ada diatas kepala si pengembara,
dipukulkanlah batu itu ke kepala sang pengembara. “bruk..”
Lho.. kok pengembara diam saja? Kok keluar merah-merah?. Namanya beruang,
ia tidak punya pikiran. Beruang tidak bisa mikir. Maunya ia membunuh lalat, eh
ternyata yang mati malah majikannya. Niat beruang baik, tetapi karena ia tidak
bisa mikir jadinya ya tidak baik.
Jadi, niat baik saja tidak cukup. Niat ikhlas saja belum kholas. Kita masih
butuh ilmu. Tanpa ilmu yang terjadi bisa kayak si beruang yang maunya berbuat
baik, eh ternyata malah menghabisi nyawa si pengembara. So, ilmu itu penting.
Jangan lelah untuk mencari ilmu. Dimanapun dan kapanpun carilah ilmu.
Sungguhorang yang mencari ilmu sampai ia kembali lagi sama dihitung dengan
jihad. Kalaupun ia mati maka ia mati syahid.
Dalam Al-Qur’an ALLAH berjanji akan meninggikan orang yang beriman dan
beilmu. Sungguh beruntunglah orang yang berilmu. Bahkan, setanpun takut dengan
orang yang brilmu sekalipun orang tersebut dalam keadaan tidur.
Jadi, jangan malu untuk menuntut ilmu, jangan malu untuk berubah menjadi
kutu buku, jangan takut untuk belajar, jangan takut untuk bisa, jangan takut
atau malu untuk bertanya. Memang, berubah menjadi pencari ilmu itu sulit, namun
akan lebih sulit lagi jika kita tidak mau berubah (tidak mau menambah ilmu).
Wallahualam...
Posting Komentar untuk "#inilah Ikhlas saja tidak cukup"
Terimakasih...