Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan sekedar sekolah atau sekolah sekedarnya


“Bukan sekedar sekolah atau sekolah sekedarnya”, mungkin kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan nasihat dari Ustadz Marsudin saat kami silaturahim ke rumah beliau kemarin. Belau memberikan nasihat agar kami tidak sekedar sekolah atatu sekolah sekedarnya, kami disarankan dan dimotivasi untuk memiliki sekolah.
Banyak saat ini generasi muda yang berkeinginan menjadi buruh atau pekerja. Sekolah setinggi langit agar nanti bisa mendapatkan gaji yang layak, bisa membangun rumah, membeli kendaraan bagus, bersedekah, membayar zakat mal, membiayai anak dan seterusnya. Iya, ini memang bagus dan sudah sejak lama inilah yang dilakukan sebagaian orangtua.
Orang tua berharap agar anak sekolah, kerja, nikah dan kemudian membangun rumah tangga. Menurut Ustadz Marsudin hal seperti ini biasa. Menjadi pekerja itu biasa, menjadi pemilik perusahaan itu baru luarbiasa. Memang tidak banyak yang bergerak menjadi pemilik prusahaan karena memang resikonya besar, usaha harus keras, bisa untun memang tetapi bisa rugi juga, penghasilan tidak pasti meskipun pasti berpenghasilan jika ada usaha. Yang jelas kedunya saling membantu, antara pekerja dan pemilik perusahaan.
Ada seorang pekerja, setelah melihat peluang akhirnya dia mendirikan perusahaan sendiri. Ada jua yang mati-matian dari awal bangun usaha. Ada juga yang setengah ada dana, kemudian membeli perusahaan. Dan tentunya masih banyak segudang cerita tentang dunia usaha, mendirikan perusahaan ataupun menghancurkannya.
Masadepan memang menjanjikan kompetensi tertentu bagi individu. Maka dibutuhkan spesifikasi keahliahyang harus dimiliki seorang individu. Sekolah pun mengarahkan kesana. Kita dididik untuk memiliki keterampilan, ilmu dan pengetahuan agar kita menjadi ahli dibidang yang kita pelajari.
Dahlan Iskan pernah menyampaikan pentingnya pemuda mengambil peluang itu. Beliau memberikan perumpamaan bahwa kedepan akan banyak roti yang siap untuk dimakan. Lalu siapa yang harus memakan? Mereka itu adalah para pemuda. Mengapa? Karena orang-orang tua sudah akan meninggalkan diri untuk berkompetisi di sana. Masanya sudah berbeda dan orangnya pun akan berganti. Pertanyaannya, dimanakah kita saat masa depan itu tiba?
Masa depan menjanjikan banyak peluang. Berjuang menjadi salah satu pemain, jauh lebih penting daripada menyerah dan menjadi penonton. Bekerja keras mengejar uang memang bagus, namun bekerja keras mengambil peluang juga bagus. Peluang untuk menggarap bisnis dan focus di sana.
Menurut saya, 5-10 tahun lagi, daerah-daerah di Pulau jawa akan segera berubah menjadi kota-kota kecil. Kota ini menjanjikan banyak peluang, salah satunya dibidang jasa. Salah satunya jasa kursus, jasa setifikat keahlian, jasa antar jemput, jasa cuci, jasa pijat, dan jasa lainnya. Bisnis seperti ini jika dirintis di kota berkembang masih sangat ungkin 5-10 tahun kedepan sudah kuat dan mampu leading di kota-kota kecil.
Bukan sekedar sekolah atau sekolah sekedarnya, maksud saya adalah mari  kita tingkatkan diri kita, bukan sekedar menjadi pekerja, namun bisa menjadi pemilik perusahaan. Missal ada yang sekolah sebagai perawat, mulai dari sekaran tanamkan untuk bisa memiliki rumahsakit sendiri. Caranya? Barangkali bisa dimulai dengan ikut sebagai pekerja dulu, sambal belajar ilmu manajemen dll, dan setelah cukup lalu mencoba membuat perusahaan sendiri.

Begitu juga dengan yang kuliah dipendidikan. Mulailah tanamkan untuk bukan sekedar menjadi guru atau PNS, namun niatkan untuk memiliki lembaga pendidikan. Misalnya saja : Taman kanak-kanak, lembaga kursus, lembaga pelatihan manajemen, lemaga training, dll. Intinya terus asah diri untuk pandai mengambil peluang dan terus berusaha menebar manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang-rang disekitar kita. Dan akhinya jadikan sekolah bukan sekedar sekolah atau sekolah sekedarnya, cari ilmu sebanyak-banyaknya dan jadilah sebaik-baik manusia dengan sebaik kemanfaatan bagi sesama.

Posting Komentar untuk "Bukan sekedar sekolah atau sekolah sekedarnya"