Pengertian dan Objek Ilmu
Pengertian dan Objek Ilmu
Hamda Kharisma Putra dan Derit Vikiyono
Program Studi Teknologi Pendidikan PPs UNS
sukseslearner@gmail.com
Abstract
The purpose of this article is the definition and object of science. Science is part of knowledge that have to fill the certain condition and criteria who constanly developed for the benefit of mankind. Science have some characteristic that’s was empiric, rational, logic, systematic, open written, neutral. Measurable, universal, hypothesis, and objective. The object of science devided into two kinds: material object and formal science related on the nature of truth. The truth in science is empirical. The truth in religion is absolute, while in art is subjectivity.
Key words: science, characteristic of science, object of science
1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah pengetahuan dan ilmu. Dokter, guru, insinyur, atau setiap orang yang memiliki predikat ‘ahli’ di bidangnya, mengetahui apa yang disebut pengetahuan atau ilmu. Bahkan orang awam pun mengetahui konsep tersebut. Namun tentu saja ada perbedaan dalam memahami hakekat dari konsep ilmu dan pengetahuan yang dimaksud.
Apakah sebenarnya ilmu itu? Ini adalah pertanyaan yang harus didefinisikan secara jelas. Menurut (Suirasumantri. 1986) Ilmu adalah cabang pengetahuan yang dikembangkan secara deduktif dan induktif atau perpaduan antara rasionalisme dan empirisme. Sedangkan menurut (Mohammad Adib, 2011: 50) Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dan konsisten, dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Jadi ilmu adalah gabungan Antara kajian secara induktif dan deduktif dengan pendekatan rasional dan empiris yang disusun secara sistematis, konsisten dan dapat diuji kebenarannya.
Ilmu merupakan bagian dai pengetahuan karena dengan ilmu maka pengetahuan dapat berkembang dengan sedemikaian rupa. Karena budaya keilmuanlah ilmu dapat menciptakan pengetahuan baru. Misalnya adanya lampu pijar, merupakan hasil dari ilmu pengetahuan yang dikembangkan. Begitu juga mesin-mesin computer, lap top dan sejenisnya yang sekarang dapat kita jumpai merupakan hasil dari ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan alam, kita mengenal adanya pesawat yang mampu mendarat di bulan, matahari sebgai pusat tata surya dan penemuan-penemuan lain yang merupakan hasil kajian keilmuan.
Kaitannya dengan kebenaran, ilmu meruakan salah satu sumber kebenaran. Sifat dari kebenaran ilmu ini adalah terbuka. Artinya hasil yang didapat dari kajian saat ini dapat berubah dikemudian hari jika pendapat terbaru itu dapat menunjukkan bukti kebenaran sesuai dengan karakteristik pengkajian ilmu pengetahuan. Jadi kebenaran ilmu itu bersifat nisbi/semu. Sebagai contoh tentang pandangan bahwa bumi sebagai pusat tata surya, setelah berabad-abad berlalu dan ditemukan bukti bahwa bumi bukan pusat maka pandangan yang sekarang beredar adalah matahari sebagai pusat tata surya. Jadi ilmu adalah sumber kebenaran, namun sifatnya tidak mutlak.
Dalam makalah ini penulis akan mendidkripsikan tentang ilmu, pendiskripsian ini meliputi definisi ilmu, karakteristik ilmu, objek-objek ilmu, dan perbedaan ilmu agama dan seni.
2. Definisi Ilmu
Ilmu merupakan hasil dari buah pikiran. Seseorang yang berfikir akan dapat membuahkan suatu pengetahuan. Dikarenakan ada suatu masalah manusia kemudian berfikir. Manusia selalu berfikir walaupun hanya memikirkan masalah sederhana. Hasil dari berfikir manusia adalah berupa pengetahuan yang didalamnya terdapat ilmu. Misalnya Newton, dia melihat ada buah apel jatuh ke baawah kemudian dia berpikir mendalam dia renungkan dan dia teliti. Dia dapati bahwa semua benda jatuh ke bawah. Setelah dikaji secara mendalam maka dapat disimpulkan bahwa bumi memiliki daya Tarik bumi atau yang biasa kita sebut gaya grafitasi bumi. Jadi ilmu merupakan hasil dari buah pikiran yang direnungkan secara mendalam.
Pendapat diatas sesuai dengan apa yang diungkapkan Amsal Bahtiar (2012:16) bahwa ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu kumulatif. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang terstruktur, sesuatu akal berdasarkan pengalaman dan sifat universal. Ilmu menyampaikan kajian mengenai sesuatu dengan apa adanya tidak terpengaruh dengan faktor dari luar. Ilmu juga dapat diukur dan diuji kebenaranya.
Dalam literature lain didefinisikan bahwa Ilmu merupakan kumpulan dari pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainya (Suriasumantri, 2009: 4). Ciri-ciri yang disebutkan adalah tergantung pada dasar ontologi ilmu, epistiomologi ilmu, dan axiologi ilmu.
Dasar ontologi ilmu merupakan ilmu yang mempelajari kejadian yang bersifat empiris. Ilmu menelaah objek-objek pada jangkauan pengalaman manusia. Sehingga ciri ilmu ini adalah orientasi terhadap dunia empiris. Ilmu mempunya tiga asumsi mengenai objek empiris yaitu anggapan bahwa objek-objek tertentu mempunyai kesamaan. Anggapan bahwa benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, dan anggapan bahwa suatu kejadian bukanlah kebetulan dan selalu ada penyebabnya (Suriasumantri, 2009:5). Dari ketiga asumsi inilah maka ilmu dapat diuji coba, dikembangkan dan dapat ditelaah ulang.
Dasar epistimologi ilmu, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Ilmu diperoleh melalui suatu proses yang menggunakan metode keilmuan untuk mengkaji sesuatu. Ilmu lebih dipandang sebagai proses bukanlah produk. Ilmu diperoleh dengan mengkaji suatu masalah menggunakan metode keilmuan yang merupakan gabungan dari realisme dan empirisme. Metode metode keilmuan menghasilkan ilmu yang logis dan sistematis. Suatu masalah dilihat secara rasional sehinga munculah hipotesis. Hipotesis ini kemudian dibuktikan secara empiris. Pengujian ini membuat ilmu memiliki sifat terbuka dan tersurat (suriasumantri, 2009:5). Metode keilmuan sengaja dibuat agar apa yang diperoleh terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara keilmuan.
Dasar axiologi, pada dasarnya ilmu itu bersifat netral, tidak mengenal baik atau buruk. Ilmu dapat bermanfaat tapi juga dapat menyebabkan kehancuran. Hal ini tergantung pada siapa yang menggunakan ilmu itu. Pada dasarnya tidak ada ilmu yang buruk akan tetapi ilmu terkadang menjadi sesuatu yang menakutkan bila ada ditangan orang yang salah. (Suriasumantri, 2009:35). Ilmu tentang nuklir misalnya, nuklir dapat digunakan untuk pembangkit listrik, namun bisa juga digunakan untuk menghancurkan bumi ini, contohnya bom atom yang dijatuhkan di Hiro Sima dan Naga Saki. Begitu juga hasil ilmu seperti HP dan sejenisnya. Di satu sisi ini dapat digunakan untuk berkomunikasi agar lebih mudah, namun di sisi lain ada yang memanfaatkan untuk melakukan terror terhadap orang lain. Penggunaan jejaring social memudahkan untuk berinteraksi secara bebas Antara satu member dengan member yang lain, namun pihak provider dapat juga menjual hasil investigasi/interaksi member dalam account tersebut kepada pihak intelejen Negara. Jadi pemanfaatan dan penggunaan hasil dari kajian ilmu pengetahuan sangat tergantung dari penggunanya.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa ilmu merupakan kumpulan yang bersifat empiris, logis, dan sistematis. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang berorientasi pada pengalaman yang dikaji dengan menggunakan metode keilmuan dan dapat di uji kebenaranya. Ilmu telah ada sejak jaman dahulu. Pada zaman batu sebagai alat pemotong merupakan contoh dari penggunaan ilmu. Ilmu terus berkembang dari waktu-kewaktu hingga jaman modern. Ilmu yang membuat dunia jadi modern dan membentuk kebudayaan modern. Ilmu juga merupakan pengerak perekonomian dan membentuk kebudayaan kita. Ilmu terus mengembangkan dunia menjadi semakin modern. Berbagai teknologi diciptakan ataupun ditemukan demi mempermudah manusia dalam menikmati hidupnya. Teknologi berbeda dengan ilmu. Melalui teknologi kita dapat mengetahui bagaimana cara untuk melakukan sesuatu atau ketika sesuatu akan muncul.
Berdasarkan berbagai pengertian ilmu diatas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan dan pemikiran manusia yang disusun secara sistematis dan konsisten dengan metode-metode tertentu untuk mempermudah kepetingan manusia.
3. Karakteristik Ilmu
Ilmu merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempunyai karakteristik tertentu. Berikut ini adalah karakteristik ilmu menurut Suryasumantri (2009:5-35) berdasarkan dasar ontology, epistimologi, dan axiologi.
a. Berorientasi pada empiris
Objek pengkajian ilmu disini mencangkup aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Ilmu mempelajari objek-objek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbu-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. ilmu mengkaji berbagai peristiwa atau gejala yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
b. Logis dan sistematis
Rasionalisme memberiakan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Metode ini digunakan secara dinamis menghasilkan pengetahuan yang konsisten dan sistematis serta dapat diandalkan.
c. Terbuka dan tersurat
Terbuka artinya ilmu dapat diuji kebenaranya dan siapa saja dapat menyanggah adanya ilmu tersebut. Kegiatan keilmuan dilakukan secara terbuka, sehingga siapa saja dapat mengetahui keseluruhan proses yang dilakukan.
d. Netral
Pada dasarnya ilmu tidak memihak kemanapun, ilmu bergantung pada sang pemilik akan menggunakanya untuk kepentingan seperti apa. Tidak ada ilmu yang baik atau buruk semua bergantung pada sang pemilik ilmu.
4. Objek Ilmu
Menurut pendapat Muhamad Adib (2010:48) ilmu memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material dari ilmu kedokteran.
Objek formal adalah cara pandang tertentu tentang objek material tersebut, seperti pendekatan empiris dan eksperimen dalam ilmu kedokteran.
Dalam ilmu empiris menurut Suriasumantri (2009:6) objek ilmu mempelajari tentang batu-batuan, binatang, tumbuhan dan manusia itu sendiri.Jadi selain itu dan diluar jangkauan manusia tidak termasuk dalam bidang penelaahan ilmu tersebut. Sedangkan menurut Keraf A. Sonny dan Mikhael Dua. (2001) menyebutkn bahwa“objek ilmu pengetahuan adalah kejadian-kejadian alam.
Ditinjau dari objeknya, Objek Ilmu memenuhi tiga syarat yaitu observable, measurabel, repeatable. Begitu juga menurut Keraf A. Sonny dan Mikhael Dua. (2001) ilmu harus 1) Observable, adalah ilmu bisa diamati dan di sentuh, 2)Measurabel ilmu bisa di verivikasi kebenaranya secara ilmiah/bisa diukur dan 3)Repeatable, ilmu bisa diulang kebenarannya. Terkait ini memberikan argumen bahwa alam ini bersifat dinamis, tidak statis. Alam selalu berkembang maka kebenaran dari hasil penelitian pun akan terus berkembang.
Objek dari ilmu itu sendiri adalah ilmu merupakan sauatu berkah penyelamat bagi umat manusia. Ilmu bersifat netral, tidak mengenal baik buruk dan si pemilik pengetahuan itu yang memiliki sikap. Atau dengen kata lain netralitas ilmu terletak pada epistimologisnya. Jika hitam dikatakan hitam, jika putih dikatakan putih, tanpa berpihak pada siapapun selain kebenaran (Muhamad Adib 2010: 53-54)
5. Perbedaan Ilmu dengan Agama dan Seni.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara ilmu dengan agama dan seni.
a. Ilmu
Menurut prof. Harold. H.Titus dalam Muhammad Adib (2010:49), istilah“ilmu untuk menyebutkan suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya”. Sedangkan menurut Suriasumantri (2009:5) mengkaji pengalaman yang berada pada jangkauan manusia. Istilah yang dipakai untuk menunjukkan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman manusia disebut empiris.
b. Agama
Menurut Poedjawijatna (1982), dalam pandangan filsafat, agama merupakan keseluruhan pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup dan mati, tingkah laku serta baik-buruknya yang berlandaskan wahyu. Sedangkanmenurut Suriasumantri (2009:5)”agama mengkaji tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan manusia. Amsal Bakhtiar (2012:230), “agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual)”.
Agama adalah kebenaran yang berakar dalam wahyu Tuhan tentang kehidupan manusia dan lingkungan. Jadi kebenaran agama bukanlah hasil dari usaha manusia. Nilai dalam kebenaran agama mutlak karena diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian, kebenaran dalam Agama ditentukan oleh Tuhan yang memberikan kebenaran melalui wahyu yang diturunkan secara langsung maupun melalui wakil atau utusan Tuhan. Kebenaran tidak diperoleh dengan usaha akal budi, melainkan karena Firman Tuhan. Inilah yang menyebabkan bahwa agama sering disebut juga kepercayaan. Ciri yang lain, kebenaran agama tersebut diterima oleh terutama para penganut agamanya (orang yang percaya).
Dalam perkembangannya, agama pun juga diilmukan. Terdapat usaha untuk mencari kebenaran mana yang diwahyukan dan apa maksud wahyu tersebut dengan menggunakan metode tertentu. Setelah kebenaran tersebut disusun, maka dibuatlah sebuah sistem tertentu.
Maka, dalam agama pun terdapat obyektifitas, metodos, dan sistem. Semua itu harus didukung dengan bukti. Hanya saja, landasan pembuktiannya bukanlah pengalaman (layaknya data empiris dalam ilmu), bukan melalui akal budi semata (layaknya filsafat), melainkan wahyu. Jika sesuatu diwahyukan, maka itu benar. Ketika orang dengan akal budinya mencoba merenungkan kebenaran dalam agamanya berdasarkan wahyu, inilah yang disebut Theologi. Agama juga sebagai konspirasi ilmu agama yang pengendali ilmu.
c. Seni
Seni berbicara tentang keindahan, atau tentang tata cara berperilaku atau menciptakan sesuatu yang baik. Maka dikenal istilah seni rupa, seni berpidato, seni musik, dan beberapa bidang seni lainnya. Seni juga seringkali digunakan sebagai indikator peradaban manusia. Penyeledikan atas karya seni pada masyarakat Aztec dan Maya dilakukan untuk melihat bagaimana peradaban masyarakat tersebut pada masa itu.
Jadi seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang hidup dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Sifat seni sangatlah relatif dan mempunyai subjektifitas yang tinggi. Tiap orang boleh mempunyai penilaian seni atas sesuatu berdasarkan subjektifitasnya. Meskipun, dalam masyarakat seringkali ada kesepakatan bersama tentang apa-apa yang memiliki nilai seni dan mana yang tidak, atau tentang nilai seni atas sesuatu bernilai tinggi atau rendah. Kesepakatan tentang sesuatu hal tersebut biasanya tertuang dalam kebudayaan atau budaya.
Hubungan antara ilmu dan agama menurut Zaenal Abidin et. All. (2005 : 20) menyebutkan bahwa ilmu bersumber dari akal, sedangkan agama bersumber dari wahyu. Dalam hal ini Zaenal Abidin et. All. (2005) mencoba mengintegrasikan keduanya. Jadi keduanya sebenarnya ada hubungan yang erat saling ketergantungan sebagaimana pernyataan Einstein bahwa “ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
Jadi hubungan antara ilmu agama dan seni sangat dibutuhkan oleh manusia. Ilmu berarti kebenaran untuk memenuhi kebutuhan akalnya. Agama berarti kebenaran untuk memenuhi kebutuhan etika. Keindahan dapat diperoleh melalui seni karena seni adalah kenikmatan hidup.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa perbedaan mendasar dalam ilmu, agama, dan seni adalah nilai kebenaran yang terkandung didalamnya. Ilmu memiliki kebenaran yang empiris dan logis, agama sebagai nilai absolut karena berasal dari Allah, sedangkan dalam seni subjektifitasnya relative tinggi, dan kebenaranya harus mengikat dibeberapa kalangan saja.
d. Penutup
Ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan yang memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang senantiasa dikembangkan demi kepentingan umat manusia. Melalui karakteristik ilmu, ilmu pengetahuan dapat berkembang sehingga dapat mendorong terciptanya pengetahuan-pengetahuan dan penemuan baru.
Perbedaan mendasar dalam ilmu dengan agama dan seni adalah nilai kebenaran yang terkandung didalamnya dan merupakan kebenaran yang empiris. Perbedaan tersebut tidak menjadi perbedaan yang mendasar karena ilmu hadir dengan adanya proses verifikasi ilmu itu sendiri.
Daftar Pustaka
Amsal Bakhtiar. 2012. Flsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Anshari, Endang Saifudin. 1987.Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu
Anshari, Endang Saifudin. 1987.Wawasan Islam: pokok-pokok pikiran tentang paradigma dan sistem Islam, Jakarta: Gema Insani
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta.: Balai Pustaka,
Jerome R. Ravertz, 2004. Filsafat Ilmu (Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan, sebuah tinjauan filosofis, Yogyakarta : Kanisius
Muhamad Adib 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poedjawijatna. 1982 Tahu dan Pengetahuan: Jakarta: Balai Pustaka, Jakarta
Suriasumantri Juju S. 2009. Ilmu dalam Prespektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Zaenal Abidin et. All. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama : Interpretasi dan Aksi. Bandung : Mizan Pustaka
Posting Komentar untuk "Pengertian dan Objek Ilmu"
Terimakasih...