Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Totalitas dalam berdakwah : Hidupku untuk dakwah



“saat kita memikirkan diri kita sendiri, pasti kita akan merasa sudah, namun jika hidup kita berpikir untuk membantu oranglain maka hidup kita akan bahagia”

Ada seorang aktivis dakwah, sebut saja namanya fulan. Si fulan awalnya ia sangat gigih berdakwah. Hampir semua wajihah pernah ia masuki. Ia pun bersemangat untuk membuat wajihah sendiri dan akhirnya mimpinya itu pun terwujud. namun sayang, kejadian itu terjadi di malam hari, saat ia tertidur dan bermimpi. He 3x.

Si fulan sering sekali mengalami kegundahan dalam dirinya, saat ia terbesit dalam hatinya menanyakan tentang satu pertanyaan... “Nanti aku menjadi apa?. Apakah hidupku akan seperti ini selamanya?”. Tig pertanyaan ini telah membuat hati si fulan gundah gulana.

“nanti aku menjadi apa?” pertanyaan ini sulit dijawab oleh si fulan. Dia merasa apa yang ia lakukan saat ini, tak bisa mengantarkan hidupnya dalam kebahagiaan di masa yang akan datang. Ia merasa apa yang ia lakukan dalam dakwah selama ini, hanyalah hal yang konyol. Tidak memberikan manfaat untuk dirinya. Ia merasa potensinya yang sesungguhnya tak dapat tersalurkan di dakwah. Apalagi ketika dakwh ini harus berorientasi politik. Ini membuat si fulan semakin ingin segera menjauh dari dakwah.

“apakah hidupku akan seperti ini selamanya?”. Si fulan semakin mengalami guncangan dahsyat dalam dirinya. Selain bingung dengan dirinya, dia dihantam lagi dengan pertanyaan posisinya dalam dakwah.

Seiring berjalannya waktu, si fulan terus mencoba bertahan untuk tetap kokoh bersama jama’ah. Banyak buku yang telah ia baca, menasihatkan agar ia teap kokoh dalam dakwah. Buku rujukan si fulan diantaranya adalah buku “Dakwah Rasulullah”, “terapi mntal aktivis harokah”, “Komitmen Da’i Sejati”, “Risalah Pergerakan”, “Membangun Angktan Mujahid”, “Manhaj dakwah Al-Qardawi”, “Siroh Nabawiyah”, “membangun keteguhan seorang muslim” dan “ceramah-ceramah hsan AlBanna”. Buku-buku yang dimiliki si fulan telah banyak mengajarkan pada si fulan banyak hal. Akhirnya sifulanpun memutuskan dalam hidupnya untuk terus kokoh dalam jama’ah, apapun resikonya, apapun kondisinya, apapun keadaannya dan apapun pengorbanannya, meski harus dibayar dengan jiwa dan raga.

Hasan Al-Banna ternyata telah menginspirasi dirinya untuk totalitas dalam berdakwah. Hasan Al-Banna mengatakan :

“dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup untuk dakwah dan dakwahpun melebar dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu ALLAH SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini.”

Memang dakwah ini adalah sebuah keniscayaan dan keharusan. Siapa yang mau bersama dakwah, maka ia harus siap untuk berkorban dan meleburkan dirinya dalam dakwah.

Meskipun demikian, satu hal lain yang membuat si fulan bersemangat adalah sifat menerimanya dalam dakwah. Ibarat sbuah batu, si fulan hanyalah batu bata kecil yang harus siap untuk ditempatkan dimana saja dalam membangun bangunan dakwah yang kokoh. Karena dakwah ini “tak mungkin diusung oleh segelintir orang yang belum teruji keimanan dan komitmen keislamannya”. Si fulan memahami, salah satu ujian itu adalah ujian untukmenerima segala amanah dan tanggungjawab dalam dakwah.

Dalam kesendiriannya, si fulan merenung dan berpikir. Ia menyimpulkan, dakwah ini harus diusung oleh orang-orang yang visioner, memiliki visi dan misi yang jelas dimasa depan. Si fulan kemudian membuat lesson plane, bagaimana membangun kekokohan dakwah dari beberapa lini yang ada. Hingga sekarang, si fulan pun berusaha mewujudkan mimpinya untuk menjadikan dakwah berkembang dan mengakar dalam masyarakat. Tugas ini sangatlah besar dan mungkin usia si fulan pun belum cukup untuk mewujudkan mimpinya, namun dengan penuh keoptimisan... dakwah pasti akan menang, meskipun ada syarat yang harus dilaksanakan dan ALLAH SWT pun telah memberikan indikasi untuk kemenangan dakwah Qs. An-Nuur ayat 55 :

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

Kemenangan dakwah itu pasti. Dan si fulan smakin kuat tekatnya untuk terus bergerak berkontribusi untuk dakwah. Ia lakukan yang ia bisa dan ia bisakan apa yang menjadi amanahnya. Ia sadar bahwa jalan dakwah ini masih panjang, si fulan hanyalah setitik pazel kecil yang akan ikut menjadi bagian pengokoh dan penyongsong kejayaan islam.

Kini dengan penuh semangat, si fulan berkata “hidupku untuk dakwah”. Tentu perkataan si fulan ini masih butuh pembuktian dan sungguh ALLAH SWT maha tahu segala Yang Gaib dan Yang Nampak. Bisa jadi si fulan mengatakan seperti itu, namun ia masih lempar sana-sini jika ada amanah. Masih menghindar dari aamanah. Masih kurng bersemangat untuk brgerak menjadi bagian dari dakwah, karena memang dalam diri si fulan ada dua singa. Singa yang jahat dan singa yang baik. Saat ia mampu menaklukkan singa yang jahat seperti ke-aku-an, kesombongan, iri, dengki, hasad dan hasud maka ia akan tergerakkan oleh singa yang baik.

Sekali lagi, dakwah haruslah totalitas. Bismillah... jika ini untuk dakwah, maka tidak ada harga tawar lagi kecuali.. OK. Bukan manusia yang akan menilai kerja kita dalam dakwah ini, melainkan sang juri yaitu ALLAH SWT. Kalaupun ada pujian dan cacian, itu hanyalah efek samping, karena setiap perbuatan pasti mengandung resiko begitu juga dalam berbuat kebaikan. Namun bukan itu tujuan kita, tujuan kita adalah agar ALLAH SWT ridho dengan apa yang kita kerjakan. Yang penting kerja.kerja.dan kerja. Biarkan ALLAH SWT, RasulNya dan orang-orang yang beriman yang akan menilai pekerjaan si Fulan.

Saat si fulan berpikir untuk dirinya sendiri, hartanya misalnya, maka ia akan semakin resah dan gundah, namun saat si fulan berpikir untuk berkontribusi, bermanfaat bagi oranglain maka ia akan terus bersemangat untuk menciptakan kedahsyatan2 baru dalam dakwah.

Rasulullah SAW menasihatkan “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Terus memberi dan ALLAH SWT lah yang akan menggantinya. Si fulan, mebcoba menegarkan hatinya untuk terus kokoh dalam dakwah ini. “lide is choice” hidup adalah pilihan. Si fulan memilih untuk hidup bersama dakwah. Penulis ucapkan

“Selamat berjuang wahai si Fulan,

saat hatimu dalam kegundahan,

Berhentilah sejenak dan berpikirlah,

Bersabarlah... Ingatlah masa lalumu,

Betapa dakwah telah mengisi hidupmu,

Dakwah menuntun hidupmu,

Hingga kau menjadi seperti ini,

Jika ada masalah,

Tanyakanlah pada hatimu

Jangan2 kamulah yg bermasalah

Jika ada kebahagiaan,

Tanyakanlah pada hatimu

Jangan2 kamu sedang dalam keburukan

Tidak spatutnya engkau kecewa,

Kenapa harus kecewa?

Yakinlah... Yakinlah... Yakinlah...

ALLAH SWT tidak pernah salah...

Menempatkan bahasia dan kecewa pada hambaNya

ALLAH SWT tidak pernah salah...

Dalam menempatkan hamba-hambaNya”

Posting Komentar untuk "Totalitas dalam berdakwah : Hidupku untuk dakwah"