Kesesuaian
Lamanya menunggu dan menjemput orang yang akan
mendampingi kita hingga ke surga, terkadang menjadikan kita berputus asa.
Berputus asa bukan tak percaya, namun berputus asa terhadap diri sendiri karena
ternyata betapa banyak noda dan dosa yang menjadikan hina, kata dan laku yang
menjadikan diri ini belum layak untuk memiliki seorang pendamping.
Hati-hati dengan hati, selalulah jaga hati.
Seringkali hati ini tak sabar untuk membuka diri. Terurai dalam kata, teungkap
dalam sikap. Segala kegundahan dalam hati seakan terhenyak tuntas terhempas
gelombang lautan yang membumbung lantaran terungkap dalam kata dan laku.
Sebenarnya tidak salah, hanya saja kurang tepat. Karena hati berbeda dengan
lidah, berbeda pula dengan pikiran. Hati adalah kesatuan yang mencakup rasa dan
ikatan. Sekali lagi hati-hati dengan hati. Jangan berputus asa.
Untuk istri dan mertua atau untuk suami dan
mertua. Intinya untuk pasangan kita dan mertua. Menikah bukan sekedar suka,
tertarik, dan kemudian diungkapkan, lalu sama-sama suka dan tertarik kemudian
ijab qabul. Bukan sekedar seperti itu. Menikah itu mengikat hati karena
sesungguhnya mereka adalah hati yang satu. Lamanya bertemu tak menjadi jaminan
bahwa ia menjadi jodohmu. Sekali lagi, jodoh itu urusan hati bukan sekedar suka
dan tertarik.
Untuk jodoh dan mertua. Menikah bukan sekedar
untuk pasangan kita, lebih jauh dari itu juga untuk mertua kita. Sekufu masih ingat dengan kata ini? Sekufu memberikan gambaran kepada kita
bukan sekedar siapa diri kita, bagaimana kedekatan kita kepada Allah Swt, namun
sekufu juga mendefinisikan siapa orang tua kita dan siapa mertua kita. Maka
sering kali anak sudah sama suka, orang tua masih mempertimbangkan untuk bilang
“ya”.
Menikah memang rumit, sesuatu yang pasti ada
namun butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Kadang ia adalah orang yang belum
pernah kita dengar suaranya, belum pernah hadir dalam mimpi tidur kita, blum
pernah terbesit dalam angan kita dan kita berdebar saat membaca biodatanya. Terkadang
ia adalah orang yang awalnya kita biasa saja, setelah melihat dirinya ada
kesamaan lalu timbullah rasa suka. Bisa jadi dia adalah orang yang kita kenal,
biasa berjumpa dengannya, sudah tahu karakternya, kelebihan dan kekurangannya
dan mungkin kita tak percaya, inikah jodoh saya? Perasaan itu akan muncul dalam
lintasan hati dan pikiran kita. Dan ini wajar-wajar saja. Siapapn dia, waktulah
yang akan menjawabnya.
Memprediksi siapa jodoh kita memang tak mudah,
namun ada satu pengalaman yang cukup menarik. Seorang teman pernah berdo’a agar
kelak si A dijadikan sebagai jodohnya, dan subhanallah
terkabul juga do’anya itu. Memang tidak semua orang akan mengalami hal seperti
ini, namun paling tidak bisa memberikan gambaran salah satu jalan menjemput
jodoh idaman.
Kesesuaian dan kecondongan, terkadang juga
lahir dari orang tua. Lebih tepatnya keinginan orang tua. Karena tidak semua
orang tua memasrahkan sepenuhnya memilih jodoh terbaik kepada anaknya. Ada
beberapa orang tua yang mengharapkan kriteria tertentu untuk anaknya, tentu
dengan pertimbangan yang realistis dan manusiawi.
Kesesuaian dan kecondongan. Misalnya orang tua
si I, menginginkan jodoh untuk anaknya ; orang yang jauh/luar kota dengan
alasan agar bisa memperluas jaringan dan saudara. Ada juga orang tua si O,
justru ingin anaknya mendapatkan jodoh yang dalam kota (dekat) agar mudah untuk
menjenguknya. Nah, harapan-harapan ini akan cepat terealisasi manakala ada
kesamaan antara anak dan orang tua. Inilah kesesuaian. In juga nyambung dengan sekufu. Harapan orang tua, nyambung
dengan harapan anaknya.
Akhirnya, kesesuaian ada dua arah, pertama dari
diri kita terhadap jodoh kita dan kedua dari kedua orang tua kita dengan si
mertua. Sama-sama penting dan tidak bisa di pisahkan. Semua akan berjalan
beriringan. Tak perlu khawatir dan ragu-ragu, lakukan yang terbaik. Cuci hati
dan fikiran dengan taubat dan istighfar. Bernegosiasilah dengan diri sendiri.
Jagalah terus komunikasi, terutama komunikasi kepada yang maha kuasa. Pernah
seorang teman berucap “sepertinya iya, ternyata tidak jadi. Sepertinya biasa
saja, namun akhirnya jadi juga”. Inilah komentar beliau saat bercerita tentang
masa lalunya sebelum menikah, dan ia berpesan kurang lebih seperti ini “jagalah
hubungan dengan Allah Swt. Senantiasa mendekatlah padaNya. Mohonlah jalan
terbaik dariNya. Yakinlah setiap orang pasti memiliki jodoh dan jodoh takkan
pernah tertukar, seperti apapun jalannya. Jangan berputus asa, teruslah
berdo’a.”
12 Juni 2013
from zero to hero
Posting Komentar untuk "Kesesuaian"
Terimakasih...