Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesesuaian



Lamanya menunggu dan menjemput orang yang akan mendampingi kita hingga ke surga, terkadang menjadikan kita berputus asa. Berputus asa bukan tak percaya, namun berputus asa terhadap diri sendiri karena ternyata betapa banyak noda dan dosa yang menjadikan hina, kata dan laku yang menjadikan diri ini belum layak untuk memiliki seorang pendamping.
Hati-hati dengan hati, selalulah jaga hati. Seringkali hati ini tak sabar untuk membuka diri. Terurai dalam kata, teungkap dalam sikap. Segala kegundahan dalam hati seakan terhenyak tuntas terhempas gelombang lautan yang membumbung lantaran terungkap dalam kata dan laku. Sebenarnya tidak salah, hanya saja kurang tepat. Karena hati berbeda dengan lidah, berbeda pula dengan pikiran. Hati adalah kesatuan yang mencakup rasa dan ikatan. Sekali lagi hati-hati dengan hati. Jangan berputus asa.
Untuk istri dan mertua atau untuk suami dan mertua. Intinya untuk pasangan kita dan mertua. Menikah bukan sekedar suka, tertarik, dan kemudian diungkapkan, lalu sama-sama suka dan tertarik kemudian ijab qabul. Bukan sekedar seperti itu. Menikah itu mengikat hati karena sesungguhnya mereka adalah hati yang satu. Lamanya bertemu tak menjadi jaminan bahwa ia menjadi jodohmu. Sekali lagi, jodoh itu urusan hati bukan sekedar suka dan tertarik.
Untuk jodoh dan mertua. Menikah bukan sekedar untuk pasangan kita, lebih jauh dari itu juga untuk mertua kita. Sekufu masih ingat dengan kata ini? Sekufu memberikan gambaran kepada kita bukan sekedar siapa diri kita, bagaimana kedekatan kita kepada Allah Swt, namun sekufu juga mendefinisikan siapa orang tua kita dan siapa mertua kita. Maka sering kali anak sudah sama suka, orang tua masih mempertimbangkan untuk bilang “ya”.
Menikah memang rumit, sesuatu yang pasti ada namun butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Kadang ia adalah orang yang belum pernah kita dengar suaranya, belum pernah hadir dalam mimpi tidur kita, blum pernah terbesit dalam angan kita dan kita berdebar saat membaca biodatanya. Terkadang ia adalah orang yang awalnya kita biasa saja, setelah melihat dirinya ada kesamaan lalu timbullah rasa suka. Bisa jadi dia adalah orang yang kita kenal, biasa berjumpa dengannya, sudah tahu karakternya, kelebihan dan kekurangannya dan mungkin kita tak percaya, inikah jodoh saya? Perasaan itu akan muncul dalam lintasan hati dan pikiran kita. Dan ini wajar-wajar saja. Siapapn dia, waktulah yang akan menjawabnya.
Memprediksi siapa jodoh kita memang tak mudah, namun ada satu pengalaman yang cukup menarik. Seorang teman pernah berdo’a agar kelak si A dijadikan sebagai jodohnya, dan subhanallah terkabul juga do’anya itu. Memang tidak semua orang akan mengalami hal seperti ini, namun paling tidak bisa memberikan gambaran salah satu jalan menjemput jodoh idaman.
Kesesuaian dan kecondongan, terkadang juga lahir dari orang tua. Lebih tepatnya keinginan orang tua. Karena tidak semua orang tua memasrahkan sepenuhnya memilih jodoh terbaik kepada anaknya. Ada beberapa orang tua yang mengharapkan kriteria tertentu untuk anaknya, tentu dengan pertimbangan yang realistis dan manusiawi.

Kesesuaian dan kecondongan. Misalnya orang tua si I, menginginkan jodoh untuk anaknya ; orang yang jauh/luar kota dengan alasan agar bisa memperluas jaringan dan saudara. Ada juga orang tua si O, justru ingin anaknya mendapatkan jodoh yang dalam kota (dekat) agar mudah untuk menjenguknya. Nah, harapan-harapan ini akan cepat terealisasi manakala ada kesamaan antara anak dan orang tua. Inilah kesesuaian. In juga nyambung dengan sekufu. Harapan orang tua, nyambung dengan harapan anaknya.
Akhirnya, kesesuaian ada dua arah, pertama dari diri kita terhadap jodoh kita dan kedua dari kedua orang tua kita dengan si mertua. Sama-sama penting dan tidak bisa di pisahkan. Semua akan berjalan beriringan. Tak perlu khawatir dan ragu-ragu, lakukan yang terbaik. Cuci hati dan fikiran dengan taubat dan istighfar. Bernegosiasilah dengan diri sendiri. Jagalah terus komunikasi, terutama komunikasi kepada yang maha kuasa. Pernah seorang teman berucap “sepertinya iya, ternyata tidak jadi. Sepertinya biasa saja, namun akhirnya jadi juga”. Inilah komentar beliau saat bercerita tentang masa lalunya sebelum menikah, dan ia berpesan kurang lebih seperti ini “jagalah hubungan dengan Allah Swt. Senantiasa mendekatlah padaNya. Mohonlah jalan terbaik dariNya. Yakinlah setiap orang pasti memiliki jodoh dan jodoh takkan pernah tertukar, seperti apapun jalannya. Jangan berputus asa, teruslah berdo’a.”

12 Juni 2013
 from zero to hero

Posting Komentar untuk "Kesesuaian"